Views: 76

“Kerana dengan Engkau aku berani menghadapi germbolan, dengan Allahku aku berani melompati tembok. Adapun Allah, jalanNya sempurna; sabda Tuhan itu murni;Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung padaNya. Sebab siapakah Allah selain dari Tuhan, dan siapakah gunung batu selain dari Allah kita? Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanmu rata; Yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; Yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga” – II Samuel.22:30-35

Bayangkan kita sedang mewawancarai Raja Daud, raja krsatria Israel yang paling kuat. Ia tidak pernah mengikuti latihan militer, tetapi ia memimpin pasukannya mengalahkan semua Negara tetangga dan raja-raja di sekelilingnya. Ia melebarkan wilayah kerajaan Israel sebegitu luasnya, sehingga tidak ada penerusnya yang mampu melakukannya lagi. Daud tak terkalahkan.

Anda penasaran untuk mengetahui rahsia di balik kelihatan militernya. Anda menebak Daud akan membicarakan strategi militer terbaiknya, menceritakan beberapa pertempuran yang paling seru, atau mengenang bagaimana ia dan pasukannya dengan gagah berani melalui keadaan-keadaan yang sulit.

Nampaknya Daud tidak malu-malu menceritakan kemampuannya. Ia mengatakan kepada anda, bahawa ia berani “menghadapi gerombolan”, dan “melompati tembok” Kakinya dapat berlari sekencang rusa. Tangannya sangat kuat hingga ia dapat membengkokkan busur tembaga. Tetapi semua ini bukan hal utamanya. Malah,anda dapat mengutip dari perkataannya, bahawa Daud tidak merasa ini semua adalah tentang dia. Berkali-kali ia berkata, bagaimana Allah melakukan itu semua bagi dia.

Rahsia keberhasilan Daud adalah, ia selalu menaruh iman dan keyakinannya hanya kepada Allah. Baginya, siapa yang mendapatkan nama bukan masalah. Sejak dahulu ia sudah tahu siapakah yang membuatnya mencapai menempatkan diri di lampu sorot dari Pahlawan yang sebenarnya, tetapi berbicara terus terang dan dengan bangga mengenai Allah. Sikapnya yang bergantung kepada Allah seperti anak kepada orang tua lah yang membuat Daud disukai oleh Allah, dan terus memberkatinya.

Di dunia yang mengagungkan orang-orang hebat dan selebriti, orang-orang menyebutkan kesuksesan mereka kerana ide, kerja keras, teknologi, keteguhan atau kepintaran mereka. Allah telah dikesampingan ke dunia filosofi, dan menyebutkan jasa Allah telah menjadi hal yang asing.

Masyarakat mendidik kita untuk percaya kepada diri sendiri menuju keberhasilan. Maka dengan mudah kita lupa bagaimana kita mencapai status kita sekarang, atau siapakah yang sebenarnya membuat segala hal ini mungkin. Bahkan dalam melayani Allah pun, kita cenderung lebih banyak membicarakan diri kita daripada Allah.

Namun kepan saja kita menaruh perhatian dari Allah kepada kita sendiri, ini adalah permulaan kesalahan kita. Kapan pun kita mengira kekuatan kita ada dalam diri kita sendiri, saat itulah kita mulai goyah.

Bila kita ingin berhasil seperti Daud di mata Allah, jadikanlah Allah kekuatan kita. Percayalah kepadaNya sebagai perisai dan batu penjuru kita. Ingatlah Dia di hati dan setiap tindakan kita,dan Ia juga akan melakukan hal-hal yang hebat melalui diri kita.

Renungan:

Ingatlah kembali kemenangan-kemenangan yang diberikan Tuhan kepadamu, dan tanyakanlah diri sendiri; apakah orang-orang mengetahui dan dapat membedakan, apakah Tuhanlah yang berada di balik keberhasilanmu?

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *