Hits: 1529

Konsep Pernikahan Dalam Alkitab

Pernikahan adalah perkara utama dalam hidup manusia. Biasanya belia-beliawanis menaruh pengharapan terhadap pernikahan dan menantikan pernikahan ini. Dalam keadaan “Lelaki yang dewasa harus bernikah dan perempuan yang dewasa harus dinikahi” yang dilaungkan oleh angkatan tua dan merupakan konsep yang ditanamkan dalam masyarakat, belia-beliawanis ini melangkah masuk ke dalam pintu pernikahan secara tergesa-gesa, kemudian mula mencari perjalanan yang bahagia ini. Akibatnya, ada yang bahagia dan ada yang tidak bahagia. Peratus perceraian semakin meningkat, muncullah keluarga yang hanya ada ibu atau ayah sahaja. Kekacauan dalam masyarakat akibat masalah yang timbul oleh kanak-kanak dan remaja….Ini telah memberitahu kita bahawa sistem pernikahan dalam masyarakat sekarang berada dalam saat genting.

Bagi belia masyarakat yang hidup di tengah angakatan yang kucar-kacir ini, seharusnya berwaspada, harus menjadikan pengajaran dalam kitab sebagai panduan untuk mendirikan konsep pernikahan agar dapat memahami kehendak Tuhan. Elakkan dari mengulangi kesalahan manusia duniawi, kerana itu akan membangkitkan murka Allah. Disebabkan mereka yang tidak percaya Tuhan melanggar perintah Tuhan, maka Tuhan bangkit amarahNya. Begitu juga mereka yang tidak menghormati Tuhan dalam hal pernikahan.

Petikan ini akan berdasarkan kitab untuk membuat penjelasan dan pengkajian secara teliti terhadap konsep pernikahan. Berharap belia dapat merendahkan diri dan merenungkan firman Tuhan, untuk membina konsep yang menepati Allah, pastilah diberkati seumur hidupnya oleh Tuhan. Berikut akan dikaji tentang asal-usul pernikahan, kekudusan pernikahan dan tujuan pernikahan:-

A. Asal-usul pernikahan

a. Pernikahan diasas oleh Tuhan.

Upacara pernikahan manusia yang pertama adalah yang diacarakan oleh Tuhan. Dia bukan sahaja adalah pengacara, juga adalah telangkai. Alkitab mencatatkan: “Tuhan Allah berfirman: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia…..tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak. Ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk daripadanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dari rusuk yang diambil Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehinga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” (Kej 2:18,20-25).

Keluarga adalah pertubuhan yang paling asas bagi masyarakat manusia, juga merupakan tempat untuk melanjutkan generasi manusia. Pernikahan itu adalah permulaan pembentukan unit ini. Tuhan telah menciptakan dunia ini, menciptakan lelaki dan perempuan menurut gambarNya. Tuhan telah menetapkan sistem pernikahan, memimpin mereka – Adam dan Hawa, untuk membentuk sebuah keluarga, barulah memulakan sejarah manusia. Di sini jelas menunjukkan, pernikahan adalah yang kudus, kerana ia didirikan oleh Tuhan supaya Tuhan dipermuliakan. Bukan seperti yang dimaklumi ramai bahawa ia adalah satu tanda perjanjian bagi rakyat (John Selden, 1584-1654), ataupun untuk kehidupan, ataupun untuk menjadi suatu pengurusan dalam tujuan memuaskan nafsu daging. Pemikiran yang menitikberatkan teori

pentingkan sumbangan dan faedah ini pasti mengalami keadaan di mana berkahwin demi sesuatu faedah dan bercerai demi faedah tersebut. Tidak dapat tahan uji.

b. Pernikahan dipimpin oleh Tuhan.

Tuhan telah mendirikan pernikahan, juga memimpin seseorang untuk mencari pasangan hidupnya. Tuhan memimpin Hawa ke depan Adam, menyerahkannya kepada Adam. Adam tidak sedaya upaya mencari pasangannya, melainkan membiarkan Tuhan menentukan segalanya. Tuhan menciptakan manusia, juga menciptakan segalanya. Ini adalah pilihan Tuhan dan bukan manusia.

Dalam zaman lalu, ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahawa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan- perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. Berfirmanlah Tuhan: “RohKu tidak akan selama- lamanya tinggal di dalam manusia, kerana manusia itu adalah daging.” (Kej 6:1-3). Anak Allah menuruti kehendak dirinya untuk memilih perempuan yang cantik menjadi isterinya, mereka tidak menghormati Tuhan dalam hal pernikahan. Manusia zaman sekarang melaungkan cinta bebas. Dalam hal pernikahan, berpendapat bahawa adalah berhak untuk menentukan pernikahannya, mementingkan ‘tarikan’ di antara lain jantina, mendirikan pernikahan di atas pilihan manusia, Tuhan tidak berkenannya juga tidak akan diberkati Tuhan. Hamba tua Abraham yang setia pergi mencari jodoh bagi Ishak atas arahan tuannya. Dengan susah payah datang ke rumah Ribka, berlutut dan sujud menyembah Tuhan serta memuji Tuhan: “Allah tuanku Abraham, yang telah menuntun aku di jalan yang benar untuk mengambil anak perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya.” (Kej 24:48). Akhirnya, Ribka masuk ke dalam kemah Sara, memperbanyakkan keturunan Abraham. Tuhan Yesus juga termasuk dalam silsilah mereka. Betapa besarnya kemuliaan dan berkat Tuhan.

c. Pernikahan diberkati oleh Tuhan.

Pernikahan yang mementingkan pimpinan Tuhan adalah yang dikenankan, dan juga diberkati oleh Tuhan. Alkitab mencatatkan: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka. Allah memberkati mereka, lalu berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Berfirmanlah Allah: “Lihatlah Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohon yang buahnya berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohon yang buahnya berbiji, itulah akan menjadi makananmu (Kej 1:27-29). Pernikahan adalah permulaan pemberkatan Allah. Bagi orang Cina, mendirikan rumahtangga, dan memperbanyakkan generasi merupakan pandangan yang berpengalaman. Pemberian dari segi material merupakan berkat Tuhan yang pertama dalam hal pernikahan.

Sewaktu Tuhan memimpin Hawa ke depan Adam, dia berkata : “Inilah dia, tulang dari tulangku.” Setelah Adam memperolehi pasangannya, emosinya ditenangkan, rasa sungguh indah!.

Segala yang diciptakan Tuhan indah bagiNya, hanya “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”, kerana tidak ada orang yang membantu dan menghiburkannya.

 

B. Kekudusan pernikahan

a. Harus menghormati masa Tuhan, tidak boleh berzina.

Belia kafir langsung tidak mementingkan kesucian, bahkan mereka mencatatkan konsep kesucian itu adalah yang kuno. Adanya hubungan seks sebelum kahwin telah menjadi perkara biasa. Pernikahan adalah yang didirikan oleh Tuhan, kita harus berjaga-jaga. Alkitab mencatatkan : “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkahwinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibr 13:4). Pemercaya kristian harus menghormati penentuan dan waktu Tuhan, walaupun sudah ada pasangan yang sesuai, juga harus menjaga kesucian, dilarang mengadakan hubungan seks sebelum bernikah. Segala sesuatu ada waktunya. Amsal mencatatkan “Langkah yang tergesa- gesa tidak dapat dielakkan daripada berbuat dosa”. Semoga belia dalam Tuhan meneliti amsal ini, menghormati dan menanti waktu Tuhan tiba untuk memberkati.

b. Harus menghormati apa yang dipersatukan Allah, suami dan isteri tidak boleh bercerai.

Kebahagiaan suami isteri kristian harus didirikan atas konsep pernikahan yang tepat. Kehendak Tuhan terhadap pernikahan adalah: “Dua orang menjadi satu”, percintaan yang tidak ada kesudahannya dalam seumur hidup (I Kor 13:4-8).

Namun, disebabkan latar belakang keluarga suami dan isteri tidak sama, dengan itu, segala pemikiran, sifat, konsep, kebiasaan adalah tidak sama. Manusia masa kini sibuk dalam kehidupan, adanya pelbagai jenis tekanan, kerumitan dalam masyarakat menyebabkan mereka telah melalaikan interaksi di antara pasangan suami isteri. Keadaan ini telah mewujudkan krisis kehidupan pernikahan. Ada orang menganggap pernikahan itu adalah “kekalkan sekiranya dapat mewujudkan keharmonian dan akan bercerai kiranya tidak dapat mewujudkan keharmonian. Perceraian adalah perkara biasa”.

Pemercaya tidak boleh meneladani perkara ini yang dikeji oleh Tuhan. Sewaktu Yesus masih menyebarkan injil di dunia, orang Farisi datang mencobai Yesus, berdepan mengenai hal menceraikan isteri. Dengan tegasnya Tuhan menjawab mereka “Laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu kerana itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Mat 19:5)

Apa sahaja keadaan yang dialami oleh suami isteri, mereka berdua harus saling menghormati, menutupi, dan saling mengampuni. Melalui interaksi, penjagaan yang teliti, rajin mengerjakan taman yang dipenuhi kasih. Sama sekali jangan menggunakan “perceraian” untuk mengugut bila tidak sependapat, sehingga terjatuh dalam jerat iblis dan kehilangan hidup kekal.

c. Harus menghormati orang yang dipilih Tuhan untuk anda, hidup secara bijaksana dengannya.

Tuhan pernah mewahyukan orang Israel melalui nabi Maleakhi “……Kamu menutupi mezbah Tuhan dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh kerana Ia tidak boleh berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu.” (Mal 2:13). “Jadi jagalah dirimu dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. “Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan Allah Israel “Jagalah dirimu dan janganlah berkhianat.” (Mal
2:15-16). Petrus juga menasihati jemaat “Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, iaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (I Ptr 3:7). Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan…(Efe 5:22). Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk

berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, kerana kamu tidak tahan bertarak (I Kor 7:5).

 

C. Tujuan pernikahan

a. Memperolehi keturunan yang saleh.

Setelah Tuhan mendirikan pernikahan, memberkati mereka dan berkata kepada mereka, beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu (Kel 1:28). Tuhan berharap agar melalui sistem pernikahan yang mana hanya melibatkan satu suami dan satu isteri dapat melahirkan keturunan yang saleh untuk melayaniNya. Dengan itu nabi Maleakhi bersaksi : “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan Roh” dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” (Mal 2:15). Pernikahan adalah permulaan lanjutan hidup. Namun tidak boleh licik, menurut kehendak sendiri sehingga merosakkan sistem yang didirikan Tuhan. Ini akan menyebabkan keturunan anda akan meneladani perbuatan anda, sembarangan melakukan sesuatu sehingga bersalah terhadap Tuhan. Sekiranya manusia dapat menuruti kehendak Tuhan, setia menuruti firman Tuhan, keturunannya juga pasti takut akan Tuhan dan diberkati Tuhan, inilah tujuan Tuhan mendirikan pernikahan.

b. Berkat yang dikaruniakan Tuhan.

Manusia dilahirkan oleh wanita, banyak mengalami penderitaan di dunia, hidupnya sama seperti embun, muncul sekejap dan akan lenyap. Orang yang hidup tahu akan mati kelak, orang mati tidak tahu apa-apa lagi, juga tidak akan menerima ganjaran. Walaupun kehidupan manusia adalah lelah, risau, kesia-siaan belaka, Tuhan memahami manusia adalah debu tanah, tetamu; dengan itu, memberikan kehidupan pernikahan yang membahagiakan manusia.

Pengarang pengkhotbah mengatakan : “Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan Tuhan kepadamu di bawah matahari, kerana itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari (Pkh 9:9).

c. Supaya manusia memahami kasih Tuhan dan rahsia rohani perhubungan Yesus dengan gereja.

Perhubungan dalam kehidupan pernikahan di antara suami isteri adalah yang paling mesra dan erat dalam hidup manusia. Untuk memelihara kehidupan pernikahan yang sukacita, harus tidak henti-henti mempelajari kebenaran, saling berinteraksi, saling menerima, saling menutupi. Hubungan di antara suami isteri sama seperti hubungan di antara kepala dan tubuh. Suami adalah kepala isteri, isteri harus tunduk kepada suami. Suami harus mengasihi isteri, sama seperti mengasihi tubuhnya (Ef 5:22), Tuhan telah menyatakan kasihNya kepada orang yang percaya kepadaNya melalui pengalaman dalam kehidupan pernikahan ini. Alkitab mencatatkan: “kerana itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya…… Kerana kita adalah anggota tubuhNya (tulangNya dan dagingNya). Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahsia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. (Ef 5:24-25, 30-32).

Kehidupan pernikahan yang menuruti kehendak Tuhan membolehkan seseorang memahami rahsia di antara Kristus dengan gereja. Dapat memuliakan Tuhan melaluinya dan menyatakan kebenaran.

 

Kesimpulan:

Sejak nenek moyang kita jatuh tersandung, dosa menjalar ke dalam dunia. Ini menyebabkan segala yang indah cenderung kepada kebinasaan. Namun, kasih Allah dinyatakan melalui penyelamatan Yesus masih berkekalan. Kehidupan manusia pada akhir zaman ini dibanjiri dengan pergolakan seks. Keinginan nafsu manusia sama seperti binatang liar yang berkeliaran ke sana sini. Bagi belia, lebih-lebih lagi harus meneguhkan iman, memegang teguh konsep kesucian sebelum berkahwin.

Sesudah berkahwin, dapat menikmati kasih mesra yang berkelimpahan di antara suami isteri hasil dari persekutuan rohani dan jasmani. Melaluinya dapat memahami dan memuji kasih Tuhan yang kudus di mana adalah betapa panjang, lebar, tinggi dan dalam. Tekun menyucikan diri melalui kebenaran Tuhan, pada hari kelak menjadi suci tak bercela, dapat bertemu Tuhan tanpa gentar pada hari kedatanganNya. Amin.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *