Orang yang memperoleh Anugerah Keselamatan, ia memperoleh Anugerah Tuhan yang sangat besar. Haruslah sering mengucapkan syukur kepada Tuhan, barulah sesuai.
Jika Allah sendiri memberkati orang, maka murid-murid Tuhan pun harus dapat atau sering memberkati orang lain.
I. MENGUCAP SYUKUR
Sedikit sekali orang yang dapat mengucap syukur, semuanya hanya mengeluh, merasa tidak adil, bersungut-sungut; Hanya orang yang di dalam Tuhan, sama sekali tidak boleh demikian, namun harus banyak mengucap syukur barulah dibenarkan.
Pengajaran Pengucapan syukur dalam Alkitab sangat banyak. Apabila kita membacanya, maka akan mengerti dengan jelas.
Di dalam Perjanjian Lama : (Mzm 50 : 2; 69 : 30; 95 : 1-2; 100 : 4; Dan 6 : 10).
Di dalam Perjanjian Baru : (1 Tes 5 : 18; Ef 5 : 20; Kol 3 : 15; 2 Kor 9 : 15).
Surat yang ditulis Paulus, setelah memberikan salam, semuanya ditulis dengan pengucapan syukur (Rm 1 : 8; 1 Kor 1 : 4; Flp 1 : 3; Kol 1 : 3; 1 Tes 1 : 3; 2 Tes 1 : 3).
Selanjutnya banyak kata-kata mengenai pengucapan syukur (2 Kor 4 : 15; Kol 1 : 12; 1 Tes 3 : 9; 1 Tim 1 : 12; Flp 4 : 6).
- Bukan hanya pada saat terteram, bahkan dalam keadaan sulit dan menderita pun harus mengucap syukur; Ayub adalah satu contoh yang sangat nyata sekali (Ayb 1 : 20-21). Daniel ketika akan menerima penganiayaan, juga sering mengucap syukur (Dan 6 : 10). Ketika Rasul berada dalam penjara, juga memuji, berdoa dan mengucap syukur (Kis 16 : 25).
- Mengucap syukur bukan hanya di mulut, namun harus dinyatakan dalam perbuatan (Mzm 50 : 14) iaitu dengan wang, mengerjakan pekerjaan kudus, melaksanakan dengan sekuat tenaga, untuk membalas Anugerah Tuhan.
Apabila murid Tuhan, tidak dapat mengucap syukur, tentu kepercayaannya palsu, dan bukanlah orang yang memperoleh Anugerah Keselamatan.
II. MEMBERKATI
Orang-orang di dalam Tuhan, juga harus sering memberkati orang lain, namun hal ini sedikit terdapat pada diri manusia.
- Allah yang Maha Kasih, selalu memberkati terhadap bangsa yang dikasihiNya; Sejak pada masa Abraham, adalah demikian keadaannya (Kej 12 : 2-3; 14 : 18-20).
Umat kudus pada zaman kuno pun sering memberkati orang.
Nuh (Kej 9 : 27), Ishak (Kej 37 : 3-4), Yakub (Kej 47 : 7, 10; 48 : 20; 49 : 28), Musa (Ul 33 : 1, 7, 13-14), Yosua (Yos 24 : 6), Daud (2 Sam 6 : 18), Salomo (1 Raj 8 : 14, 54-58). Selain itu masih banyak lagi.
- Kitab yang paling banyak mencantumkan hal pemberkatan adalah Kitab Rut.
Di dalam 4 pasal yang pendek itu, terdapat 8 kali hal pemberkatan, sungguh merupakan teladan hal pemberkatan.
1. Mertua memberkati menantu (1 : 8-9).
2. Boas memberkati hamba pemotong jelai gandum (2 : 4a).
3. Hamba memberkati tuannya (2 : 4b).
4. Boas memberkati Rut (2 : 12).
5. Naomi memberkati Boas (2 : 20).
6. Boas memberkati Rut kedua kalinya (3 : 10).
7. Para tua-tua memberkati pernikahan Boas dengan Rut.
8. Perempuan-perempuan memberkati Naomi, serta anak cucunya (4 : 14-15).
Sungguh suatu sejarah yang penuh dengan berkat, yang tidak membezakan kedudukan, tinggi, rendah, terhormat atau hina, sama diberkatinya, manusia yang demikian sesungguhnya akan bahagia.
- Ketika Tuhan Yesus memberitakan Injil selalu ia memberkati orang, seperti yang dikatakanNya : “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat” (Luk 7 : 50; 8 : 48).
Ketika Ia memerintahkan murid-muridNya untuk memberitakan Injil, agar memberikan salam kepada orang (Mat 10 : 12-13).
Setelah bangkit dan bertemu dengan murid-muridNya, lalu bersabda : “Sejahteralah kamu”. Itulah berkat (Luk 24 : 36; Yoh 20 : 19, 21, 26). Ketika terakhir naik ke Syurga memberkati semua orang (Luk 24 : 50).
- Penutup dari surat Paulus selalu diakhiri dengan pemberkatan, “Semoga Kasih Karunia Tuhan memberkati kamu sekalian”. (Ayat terakhir pada setiap surat kiriman).
- Kitab terakhir dari Alkitab, ditutup dengan kata pemberkatan (Why 22 : 21).
- Kita “Hanya boleh memberkati, jangan mengutuk” (Rm 12 : 14).
Sesungguhnya sebagai orang yang memperoleh berkat (1 Ptr 3 : 9).