Hits: 4641

3.1 Pendahuluan

​Perlambangan Alkitab adalah penggunaan tanda-tanda atau benda-benda untuk mewakili ide dan konsep yang bersifat abstrak. Dalam beberapa hal, lambing-lambang ini menunjukkan peristiwa-peristiwa dalam sejarah, atau peristiwa pada saat penulisan. Dalam hal lain, mereka menggambarkan peristwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan.

​Lambing-lambang dapat menghidupkan makna dan nuansa rohani yang dalam. Contohnya, lambing dapat memungkinkan kita memperoleh pengertiaan yang lebih kaya mengenai sifat-sifat ilahi yang Tuhan kehendaki untuk orang-orang percaya lakukan: kekudusan semangat untuk berkorban, kekuatan, dan seterusnya. Contoh-contoh dalam Alkitab seperti jubah putih, yang melambangkan kekudusan (Why. 3: 4); salib yang melambangkan pengorbanan diri (Mat. 16: 24);dan tongkat, yang melambangkan kekuatan (Kel. 4: 17, 20; Bil. 24: 17). Semua lambing ini mewujudkan konsep-konsep abstrak yang mereka wakili, melukiskan gambaran yang jauh lebih kaya daripada kata-kata.

​Alkitab juga memuat model, yang merupakan gambar, perwakilan atau lambing dari sesuatu yang akan terjadi, seperti sebuah peristiwa dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan peristiwa lain dalam Perjanjian Bari. Sebuah contoh modal dalam Alkitab adalah Nuh dan keluarganya yang “selamat dari air bah” dalam bahtera; peristiwa ini menggambarkan baptisan air, yang dianggap sebagai “Kiasan” dalam Perjanjian Baru (I Ptr. 3: 21).

​Entah kita sedang berbicara tentang lambing atau model, kita tidak boleh lupa bahawa mereka tidak dapat menggantikan kenyataan mereka hanya merupakan petunjuk.

​Tujuan bab ini adalah untuk menyampaikan beberapa penggunaan lambing dalam Alkitab yang indah dan ekonomis untuk menggambarkan Roh Kudus.

3.2 Lambang-lambang dalam Alkitab

​Alkitab menggunakan empat belas lambing dan atau model berbeda untuk menggambarkan karakter Roh Kudus dan pekerjaanNya.

3.2.1 Burung Merpati

​Burung merpati mempunyai tradisi panjang Kekristianan dalam perlambangan Roh Kudus. Ini disebabkan kerana merpati mempunyai banyak sifat yang menggambarkan Roh Allah.

​Burung merpati adalah mahluk monogamy, yang hanya mempunyai satu pasangan sepanjang hidup mereka. Begitu terkenalnya kesetiaan mereka, sehingga Raja Salomo menggunakan burung merpati untuk melambangkan mempelai wanita yang ideal dalam Kidung Agung (Kid. 5: 2; 6: 9). Sama seperti burung merpati, Roh Kudus mengasihi dengan setia, dengan sabar menanti orang-orang percaya yang tersesat untuk kembali kepadaNya. Berbicara secara rohani, bila kita berjalan menjauhi Tuhan, kita bersalah kerana tidak setia kerana membuat Roh berduka (Ef. 4: 30) dan menginginkan kita dengan perasaan cemburu (Yak. 4: 4-5; II Kor. 11: 2)

​Ciri lain dari burung merpati adalah hubungan mereka yang dekat dan khusus dalam rumah mereka. Bahkan setelah terbang jauh, mereka selalu menemukan jalan pulang (Yes. 60: 8). Alkitab memberitahukan kita bahawa gereja adalah keluarga Allah (I Tim. 3: 15; Ef. 2: 19-22; I Kor. 3: 16), yaitu tempat berdiamnya Roh Kudus. Jika kita dipimpin oleh Roh Allah, walaupun kita mungkin tersandung dalam perjalanan kerohanian kita, tetapi kita akan selalu menemukan jalan pulang ke rumah Tuhan.

​Burung merpati juga melambangkan damai. Ketika kita mengizinkan Roh Kudus menjadi Pendamai kita, kita akan hidup damai dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 16: 7; I Yoh. 2: 1; Ef. 2: 14-18). Rasul Paulus mengajarkan kita bahawa damai sejahtera merupakan ciri dari buah Roh Kudus (Gal. 5: 22).

​Burung merpati adalah mahluk yang lemah lembut dan melambangkan kelemahlembutan Roh Kudus (Mat. 10: 16). Paulus memberitahukan kita bahawa kelemahlembutan merupakan bagian lain dari Roh Kudus (Gal. 5: 23). Jadi, bila kita dipenuhi Roh Allah, kita dapat mempunyai sifat ini, seperti Yesus (Mat. 11: 29).

​Burung merpati juga melambangkan kemurnian dan kesucian. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk menjadi tulus seperti burung merpati (Mat. 10: 16)

​Dalam Alkitab, burung merpati digunakan sebagai pembawa berita (Kej. 8: 8-11). Demikian juga, Roh Kudus memberi kesaksian tentang Yesus Kristus (Yoh. 15: 26) dan membawa kabar baikNya kepada umat manusia.

​Dalam Perjanjian Lama, burung merpati dianggap hewan yang kudus yang dapat dipakai sebagai korban bakaran (Im. 1: 14). Mereka dipisahkan dari burung-burung yang tidak kudus seperti burung gagak. Kita melihat perbedaan antara burung merpati dan burung gagak digambarkan dalam catatan peristiwa air bah pada zaman Nuh. Sebelum air bah surut, kemungkinan bumi penuh dengan mayat-mayat manusia dan haiwan. Alkitab mencatat bahawa Nuh mengutus seekor burung gagak untuk memeriksa apakah air telah surut, tetapi dia tidak kembali (Kej. 8: 7). Kita tahu bahawa burung gagak mempunyai kecenderungan memakan bangkai, kerana itu kita dapat menduga mengapa si burung gagak tidak kembali. Burung jenis ini dianggap tidak kudus kerana alasan yang masuk akal (Im. 11: 13, 15). Sebaliknya, burung merpati, yang juga diutus Nuh, tidak dapat menemukan tempat yang kering untuk tinggal dan kembali ke bahtera (Kej. 8: 8-9).

​Pesan yang didapat dari Kejadian di atas adalah, sama seperti burung merpati, Roh Kudus itu suci dan murni, dan tidak akan datang kepada orang yang tidak kudus, yang bercadang hati dan penuh dengan keinginan daging. Jika kita tidak hidup kudus, seperti ketika Roh Kudus tidak dapat menemukan “tempat yang kering” dalam hati kita, Ia tidak akan membangun rumahNya di dalam diri kita (Yak. 4: 8)

​Alkitab mencata Nuh mengutus burung merpati sebanyak tiga kali untuk memeriksa apakah air bah telah surut (Kej. 8: 8-12). Kejadian ini menubuatkan pola hubungan Roh Kudus dengan umat manusia. Ketika burung merpati diutus unutk pertama kali, ia kembali kerana air bah belum surut: peristiwa ini menggambarkan periode Perjanjian Lama ketika Roh Kudus belum turun (Yoh. 7: 39). Yang kedua kali, burung merpati itu kembali dengan sehelai daunn zaitun segar yang baru saja dipetik: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada gereja mula-mula, yang dimulai pada hari Pentakosta, tetapi kemudian berhenti (yaitu, masa hujan awal di musim gugur; Ul. 11:14; Yl. 2: 23; ref. Mzm. 52: 8; Yer. 11: 16; Rm. 11: 17). Ketigakalinya, burung merpati tidak kembali ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada hari-hari terakhir (yaitu, masa hujan akhir musim semi; Ul. 11: 14; Yl. 2: 23). Alkitab memberitahukan kita, bahawa pada masa hujan akhir, Roh Kudus akan tinggal di dalam gereja sejati Allah sampai Tuhan datang kembali untuk memusnahkan dunia, kali ini dengan api (yaitu, masa musim panas, ref Mat. 21: 32)

3.2.2 Embun

​Lambang kedua Roh Kudus adalah embun. Sama seperti embun, Roh Kudus memberikan kita kepenuhan anugerah Tuhan. Tuhan mencurahkan Roh KudusNya yang berharga untuk memenuhi dan menghibur kita, walaupun kita kadang-kadang tidak setia kepadaNya dan mengkhianati kasihNya. Dia juga senantiasa memberikan anugerahNya kepada ciptaanNya, dengan kasih dan setia, hari demi hari (Ams. 19: 12; Hos. 14: 5)

​Alkitab menyamakan hati manusia seperti sebidang lading (Mat. 13: 1-9, 18-23). Tanpa kelembaban yang cukup, tanah akan menjadi tandus dan tidak berguna (Yer. 4: 3). Embun, yang melembabkan tanah, melambangkan pembaruan yang dilakukan oleh Roh Kudus setiap hari (ref. II Kor. 4: 13-16; Ibr. 6: 7; Tit. 3: 5). Ketika Roh Kudus masuk ke dalam hati kita, tanah tandus akan berubah menjadi lading yang subur, dan roh manusia yang letih lesu akan berubah menjadi lading yang subur, dan roh manusia yang letih lesu mendapatkan pembaruan hidup (Yes. 26: 19)

​Sepanjang siang yang panas, kelembaban terjadi kerana penguapan, dan kemudian menghasilkan embun pada malam hari yang dingin. Tanaman menjadi terpelihara, sehingga memungkinkan mereka bertumbuh dan bertahan pada siang hari. Semakin panas suhu udara di siang hari, maka semakin banyak embun yang dihasilkan pada malam hari. Hal ini mengingatkan kita tentang peran Roh Kudus saat membantu gereja mula-mula: semakin besar penganiayaan yang dihadapinya, semakin besar Roh Kudus memenuhi gereja (Kis. 5: 40-41; 7: 54-60; 13: 50-52). Pada saat-saat paling sulit, murid-murid dipenuhi Roh Kudus dan sukacita untuk mengatasi penderitaan dan kesusahan. Roh Kudus membantu mereka mengangkat tangan yang lemah, menguatkan lutut yang goyah, dan menguatkan mereka sepanjang perjalanan rohani menuju kerajaan kekal Allah (Ibr. 12: 12)

​Embun juga melambangkan keindahan, yang terlihat ketika matahari pagi menerangi tanah. Seperti beribu-ribu berlian, embun memantulkan keagungan sinar matahari dengan melepaskan kilauan cahaya. Walaupun kita tidak dapat memperbandingkan Kudus dengan harta duniawi apapun, Alkitab melukiskan gambar simbolis yang beragam untuk menyampaikan sifat Roh dan kemuliaan Allah (Mat. 13: 43; Why. 21: 10)

3.2.3 Hujan

​Roh Kudus juga dilambangkan dengan hujan. Hujan mewakili kebenaran Allah dan kasihNya yang berlimpah (Hos. 10: 12; Mat. 5: 45). Alkitab berkata bahawa Dia mencurahkan hujan baik untuk orang benar mahupun tidak benar (Mat. 5: 45). Demikian juga, Dia mencurahkan Roh KudusNya kepada semua orang baik bangsa Yahudi mahupun bangsa-bangsa lain. (Kis. 11: 15-18; Hos. 6: 3)

​Setelah musim kering, lading-ladang terbuka seringkali menjaga kering dan tandus. Hanya dengan kelembaban yang cukup dari embum dan hujan, barulah mereka dapat menghasilkan (Im. 26: 4). Curahan hujan melunakan tanah itu agar siap ditanam (Mzm. 65: 10) dan memungkinkan benih berakar dan bertunas. Hati manusia dapat diumpamakan seperti lading yang kering dan keras: sebelum benih kebenaran dapat berakar dan tumbuh dalam hati kita, kita memerlukan curahan Roh Kudus untuk mengubah hati kita yang keras menjadi hati yang lembut (Mk. 4: 14). Yang penting, kita harus belajar untuk tunduk pada kehendak Tuhan (Yeh. 36: 26-27; Yak. 1: 21) dan dipenuhi dengan RohNya, sehingga kita dapat menghasilkan buah Roh (Gal. 5: 22-23; Ef. 5: 9)

​Di Palestina kuno, dua musim hujan yang utama ada di musim gugur dan musim semi (Ul. 11: 14; Yer. 5: 24; Yak. 5: 7). Hujan musim gugur jatuh sebelum musim tanam, sementara hujan musim semi jatuh sebelum menuai. Sama seperti hujan musim gugur dan hujan musim semi di Palestina, Roh Kudus dicurahkan dalam dua masa yang berbeda. Kita menyebut pemcurahan Roh Kudus yang pertama sebagai hujan musim gugur atau hujan awal. Masa hujan awal ini dimula dengan turunnya Roh Kudus yang pertama kali pada hari Pentakosta yang menandai awal dari gereja mula-mula (Kis. 2: 1-4, 41). Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang kedua sebagai hujan musim semi atau hujan akhir, yang dianugerahkan Allah pada gereja benar di akhir zaman (Mal. 4: 5; Why. 7: 2-3; Ef. 1: 13)

3.2.4 Air

Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan RohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak cucumu.
​​​​​​​​Yesaya. 44: 3​

Jawab Yesus kepadanya:”Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
​​​​​​​​Yohanes. 4: 13-14

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ”Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum! Barangsiapa percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya.
​​​​​​​​Yohanes. 7: 37-39

​Air, termasuklah dalam wujudnya sebagai embun dan hujan, adalah lambing Alkitab yang paling sering digunakan untuk melambangkan Roh Kudus. Ketiga ayat di atas menggunakan perlambangan ini. Mereka semua menguraikan kemampuan Roh untuk melegakan kehausan rohani seseorang.
​Di Rafidim, orang Isreal bersungut-sungut kepada Musa kerana mereka tidak mempunyai air minum. Mala Allah menyuruh Musa memukul batu dengan tongkatnya. Setelah Musa berbuat demikian, air keluar dari batu tersebut, dan semua orang mendapatkan minum (Kel. 17: 1-6). Peristiwa yang dicatat dalam Perjanjian Lama ini, mungkin adalah penggunaan lambing air yang pertama untuk melambangkan Roh Kudus. Rasul Paulus menjelaskan manfaat rohaninya dengan berkata, ”Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus” (I Kor. 10: 4). Sama seperti air dari batu di Rafidim yang memberikan hidup dan sukacita kepada orang Isreal, demikian juga sekarang, Tuhan Yesus Kristus mencurahkan Roh KudusNya seperti sungai, memberikan kita kehidupan dan sukacita.

​Dengan melihat sifat air dan apa yang diwakilinya, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani yang berlimpah tentang sifat Roh Kudus.

​Air adalah alat untuk membersihkan (Ibr. 10: 22). Piring dan perabot yang kotor dapat dicuci bersih dengan air (Im. 11: 32). Dalam Perjanjian Lama, air sering digunakan dalam upacara pentahiran (Kel. 29: 4; Bil. 8: 7). Sekarang pada masa Perjanjian Baru, Roh Kudus juga membersihkan kita dari kehidupan yang berdosa. Dia tinggal dalam hati kita, menguduskan kita, sampai pekerjaan keselamatan Tuhan digenapi (Rm. 15: 16; II Tes. 2: 13)

​Kita sering menganggap air itu halus, tenang dan lembut; tetapi sungai yang deras, taufan dan tsunami semuanya memperlihatkan kekuatan air yang sangat besar; kekuatan yang dapat sangat mempengaruhi dunia dan kehidupan kita. Begitu juga umat Kristian dapat memperoleh kuasa rohani dari atas, yaitu kuasa Roh Kudus (Luk. 24: 49; Kis. 1: 8)

​Ahli filsafat China, Lao Tze, menuliskan sifat air dalam Tao Te Chingnya yang terkenal:
Sungai-sungai dan lautan dapat menerima penghargaan dan penghormatan dari hulu sungai, adalah kerana kemampuan mereka untuk menjadi lebih rendah; kerana itulah mereka adalah raja dari semuanya.
​​​​​​​​Lao Tze (bab 66)

​Kecenderungan air adalah selalu mengalir ke bawah. Semakin ke bawah, semakin besar volume airnya. Ciri ini dapat melambangkan pekerjaan Roh Kudus: sama seperti air mengalir ke bawah, demikian juga Roh Kudus mengalir ke dalam hati orang-orang yang rendah hati. Seperti Alkitab berkata, ”Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati.” (I Ptr. 5: 5)

​Sifat air yang cair memungkinkannya mengisi berbagai macam tempat, baik besar mahupun kecil. Demikian juga, Roh Kudus akan memenuhi setiap orang yang datang dengan tulus kepada Tuhan (ref. Kis. 2: 39; 10: 34). Selain itu, semakin besar tempatnya, semakin banyak air yang ditampungkannya. Dan demikian juga, Roh Kudus akan memenuhi orang-orang yang sungguh-sungguh haus dan memberikan ruang bagi Dia dalam hati mereka (Mat. 5: 6; Luk. 1: 53)

​Sama seperti air memelihara kehidupan segala yang bernapas, demikian juga Roh Kudus memelihara kehidupan rohani kita dalam Kristus. Jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita dapat mempunyai kehidupan yang berlimpah, mengalahkan dosa dan menghasilkan buah Roh Kudus (Why. 22: 1-2; Yoh. 10: 10; Rm. 8: 2; Gal. 5: 22-23). Orang Kristian yang dipenuhi Roh akan dapat merasakan damai sejahtera dan sukacita yang Dia berikan, walaupun ia ada dalam penderitaan (Rm. 14: 17; I Tes. 1: 6). Walaupun kita mempunyai kelemahan-kelemahan dan menghadapi pencobaan-pencobaan kehidupan, melalui kuasa Roh Kudus, kita dapat memelihara pengharapan kita dalam Kristus (Rm. 15: 13)

3.2.5 Sungai

​Yehezkiel. 47: 1-12 mencatat bagaimana Roh Allah menuntun Nabi Yehezkiel ke pintu bait Allah. Di sana dia mendapat penglihatan tentang air yang mengalir dari bawah ambang bait, menuju ke arah timur. Ketika penglihatan Yehezkiel berlanjut, air yang naik semakin lama semakin tinggi. Ayat 6-12 menggambarkan berbagai fungsi air. Bait Allah melambangkan Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 2: 21), sementara air yang keluar dari bait tersebut melambangkan Roh Kudus yang diutusNya (Yoh. 7: 37-39; 16: 7). Dengan mempelajari Yehezkiel. 47: 1-12, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani melalui perlambangan sungai.

​Yehezkiel berkata, ”Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan” (Yeh. 47: 8). Dalam bahasa Ibrani, Arabah bererti padang gurun dan lambing hati manusia, yang seringkali kosong dan tandus (Yer. 4: 3-4). Hati manusia memerlukan Roh Kudus untuk memeliharanya.

​“Ketika [air dari bait itu] mencapai laut [Laut Mati], airnya menjadi sembuh” (Yeh. 47: 8 versi New King James). Penglihatan Yehezkiel tentang air yang masuk ke Laut Mati melambangkan penderitaan dan kekosongan yang seringkali membebani hati kita. Tetapi ketika Roh Kudus mengalir seperti sungai ke dalam hati kita, maka kita dapat disembuhkan dan disegarkan (Mat. 11: 28; Yoh. 16: 33; 4: 14)

​“Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkerlapan di sana akan hidup” (Yeh. 47: 9a). Sungai memberikan hidup kepada semua yang dilewatinya. Demikian juga, ketika kita dipenuhi Roh Kudus, Dia akan memberikan kita kehidupan rohani yang dinamis. Oleh kerana itu, kita harus mengejar kepenuhan Roh Kudus sehingga kita dapat mengalahkan kedagingan dan keinginannya (Rm. 8: 2; Gal. 2: 20; 6: 14; Flp. 3: 8).

​“Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh. 47: 9b). Sama seperti ikan di dalam sungai yang bergantung pada air untuk hidup, kehidupan rohani orang Kristian juga bergantung pada Roh Kudus. Alkitab memberitahukan kita bahawa setiap ranting yang terpisah dari pokok anggur yang benar akan menjadi kering dan mati (Yoh. 15: 5-6). Oleh kerana itu, kita harus berjaga-jaga dan tidak meninggalkan Roh Kudus atau kita akan kehilangan hidup baru yang telah Tuhan berikan kepada kita (Rm. 8: 6)

​“Maka penangkap-penangkap ikan penuh sepanjang tepinya mulai dari En-Gedi sampai En-Eglaim; daerah itu menjadi penjemuran pukat dan di sungai itu ada berjenis-jenis ikan, seperti ikan-ikan di laut besar, sangat banyak” (Yeh. 47: 10). Alkitab mengajarkan kita bahawa “menangkap ikan” mengandung erti mengabarkan injil keselamatan, sementara “penangkap ikan” adalah orang-orang yang memberitahukannya (Mat. 4: 19). Dengan cara ini, kita mengerti bahawa perkataan Yehezkiel “ikan-ikan itu… sangat banyak”, menggambarkan terbukanya pintu keselamatan untuk banyak orang (Gal. 3: 28). Nubuat ini telah mengenapi pada gereja rasul-rasul,dimulai dari hari Pentakosta, ketika Roh Kudus memberi kuasa kepada para rasul untuk memberitahukan firman Tuhan kepada semua orang dari segala bangsa. Sekarang, kuasa yang sama diberikan kepada gereja benar oleh Roh Kudus hujan akhir.

​“Tetapi rawa-rawanya dan paya-payanya tidak menjadi tawar, itu menjadi tempat mengambil garam” (Yeh. 47: 11). Di sini, rawa-rawa dan paya-paya mengilustrasikan orang-orang yang tersesat dalam pengejaran akan hal-hal duniawi dan kepuasan akan keinginan daging mereka. Mereka tidak mahu bertobat, dan menolak anugerah keselamatan Allah (Luk. 12: 16-21; 16: 19; Mat. 22: 1-7), sehingga tidak layak menerima hidup baru (Yoh. 3: 19-20; 14: 17) dan pemulihara rohani (Gal. 5: 16-17; II Tim. 3: 6-7).

​“Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi ubat.” (Yeh. 47: 12). Di sini, “pohon” melambangkan orang-orang percaya (Yes. 5: 7), sementara “buah-buahan” adalah pekerjaan-pekerjaan mereka yang dilakukan dengan baik (Luk. 13: 6-9). Orang percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus dapat hidup berkelimpahan dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5: 22-23; Ef. 5: 9; Flp. 1: 11; Why. 22: 1-2). Selain itu, Roh Kudus memberi mereka kuasa untuk melakukan mujizat, yang meneguhkan injil yang telah dipercayakan kepada mereka untuk diberitakan (Mrk. 16: 20; Ibr. 2: 4).

​Dalam Yeh. 47: 2-5, Yehezkiel melihat air dari Bait Allah muncul semakin lama semakin tinggi, dari semata kaki, sampai menjadi sungai yang tidak dapat diseberangi. Air yang meninggi ini melambangkan Roh Kudus yang bertambah dalam dan kuat, yang dinyatakan ketika kita memasuki kedalaman Roh Kudus. Dari tingkat air yang meninggi ini, kita memperlajari pelajaran penting yang lain: pekerjaan Roh akan semakin bertumbuh pesat dan penuh kuasa untuk membangun Bait Allah di akhir zaman (Hag. 2: 9).

3.2.6 Minyak

​Dalam Alkitab, Roh Kudus sering dilambangkan dengan minyak. Kita tidak asing dengan fungsi minyak sebagai pelumas, yang digunakan dalam permesinan untuk mengurangi gesakan dan mencegah panas yang berlebihan. Analoginya, gereja sama seperti sebuah mesin yang mempunyai banyak bagian, atau tubuh yang mempunyai banyak anggota (I Kor. 12: 12). Roh Kudus mengurapi hati orang-orang percaya sehingga mereka dapat hidup bersama dalam damai sejahtera dan kesatuan (Yeh. 11: 19; Ef. 4: 3)

​Dari Perjanjian Lama, kita tahu bahawa pengurapan dengan minyak dipakai dalam upacara pentahbisan imam, raja dan nabi (Kel. 29: 7-9; Im. 8: 12; I Raj. 19: 16). Alkitab juga memberitahukan kita bahawa Tuhan Yesus diurapi oleh Allah melalui Roh Kudus (Kis. 4: 27; 10: 38) untuk menjadi: Iman Besar, yang menguduskan diriNya untuk penebusan dosa-dosa manusia (Ibr. 9: 11-15); Raja, memerintah kerajaan Allah (Yoh. 18: 36-37; Kis. 5: 31); dan Nabi, menyampaikan pesan Injil (Luk. 4: 18; Kis. 3: 22). Sekarang, umat Kristian di gereja benar juga diurapi oleh Roh Allah (II Kor. 1: 21) untuk memungkinkan mereka melakukan tugas keimaman, tugas kerajaan dan tugas kenabian (I Ptr. 2: 5; Why. 5: 10; I Kor. 14: 31)

​Selanjutnya, pengurapan minyak dapat menandakan sebuah pemberian anugerah (Ibr. 10: 29). Pada zaman dulu, minyak sering dipakai untuk menyembuhkan luka, seperti yang dilustrasikan dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik (Mrk. 6: 13; Luk. 10: 34; Yak. 5: 14-15). Demikian juga, Roh Kudus memberikan anugerah rohani (II Tes. 2: 13; Ibr. 10: 29). Seringkali, keadaan jiwa kita dapat disamakan seperti orang malang dalam perumpamaan itu, yang dirompak, dipukuli, dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat. Sama seperti kasih dan anugerah menyelamatkan orang itu, demikian juga kita disembuhkan dan diselamatkan oleh pengurapan minyak dan anugerah Roh Allah (I Yoh. 2: 20)

​Dalam Perjanjian Lama, minyak juga dipakai dalam upacara pentahiran untuk membersihkan kusta (Im. 14: 16-18), yang adalah lambang dosa. Sama seperti minyak, Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mentahirkan orang-orang percaya dari dosa-dosa mereka.

​Alkitab mencatatkan bagaimana Elisa menambahkan minyak untuk seorang janda miskin untuk dapat tetap hidup (II Raj. 4: 2-7). Sama seperti minyak yang memelihara janda itu, Roh Kudus memberikan kita anugerah yang berlimpah. Selain itu, tanpa Dia, kita tidak dapat mempunyai kehidupan rohani.

​Pada zaman dulu, minyak dipakai sebagai bahan bakar lampu (Im. 24: 2). Sebagai orang Kristian, kita adalah pelita-pelita yang memancarkan terang (Mat. 5: 14). Hanya bila kita mempunyai cukup minyak, kita dapat menyinarkan kemuliaan Tuhan untuk menerangi kegelapan dunia (Mat. 25: 4; 5: 16; I Ptr. 2: 12). Jika kita siap menyambut Tuhan dengan pelita-pelita berisi minyak dan menyala dengan terang maka kita dapat dengan sukacita masuk ke dalam pesta perkahwinan denganNya (Mat. 25: 10; Why. 19: 9). Sebaliknya, jika kita tidak siap saat Dia menemui kita, kita tidak akan diterima masuk. Saat itu bertobat sudah terlambat- kita akan menemukan diri kita menangis di luar dalam keputusan (Mat. 25: 11-12). Nasihat yang disampaikan untuk mengejar kepenuhan Roh Kudus dan hidup dengan kudus. Dengan demikian, kita dapat dengan yakin menanti kedatangan Tuhan yang kedua, ketika Dia akan mengumpulkan mempelai wanitaNya yang adalah gereja benar (Why. 19: 7)

​Dalam Kitab Ibrani, Roh Kudus juga disebut “minyak kesukaan” (Ibr. 1: 9). Ini mengajarkan kita, jika dipenuhi Roh Kudus, kita akan mempunyai sukacita yang berlimpah (I Tes. 1: 6) dan keberanian untuk mengatasi ketakutan kita (Kis. 9: 31). Paulus memberitahukan kita bahawa sukacita adalah ciri lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5: 22)

3.2.7 Meterai

​Meterai sudah umum digunakan sejak zaman dahulu. Sampai sekarang meterai terus dipakai untuk menjamin dokumen dan perjanjiaan untuk membuktikan wewenang dan keaslian mereka. Contohnya, meterai dari pengadilan menjamin kekuasaan hukum. Demikian juga meterai raja pada sebuah dekrit kerajaan menjamin keputusan raja yang sah. Pada zaman Persia kuno, dekrit raja tidak dapat ditarik kembali (Est. 8: 8). Bahkan raja sendiri tidak dapat mengubah dekritnya bila sudah dimeteraikan (Dan. 6: 8, 12, 15-18) untuk melindungi keabsahannya. Titah raja adalah hukum.

​Roh Kudus dapat disamakan seperti sebuah meterai dari Allah. Raja segala raja (I Tim. 6: 15). Jika kita ada di bawah pemerintah Allah, kita tidak lagi berada di bawah perbudakan dosa. Yang terpenting, jika meteraiNya terdapat pada dahi kita (Ef. 4: 30), kita akan terlepas dari murkaNya pada hari terakhir (Why. 7: 2-3; 3: 10)

​Seperti telah disebutkan, meterai raja mewakili integritas, kekuasaan dan wewenang raja tersebut. Barangsiapa mengenakan meterai raja, bertindak dengan wewenang penuh dari raja tersebut. Kerana kita (gereja) mempunyai meterai Allah, yaitu Roh Kudus, kita diberi kuasa untuk mengampuni, atau untuk menahan dan mendakwa dunia atas dosa-dosanya (Yoh. 20: 22-23; Mat. 16: 19; 18: 18)

​Setelah Tuhan Yesus dibaptis, Dia dimeterai dengan Roh Kudus. Dan suara Bapa Syurgawi memberi kesaksian bahawa Yesus sungguh-sungguh adalah Anak yang Ia kasihi (Mat. 3: 16-17). Jika kita percaya kepada Yesus dan injil yang sepenuhnya, kita akan dimeteraikan dengan Roh Kudus yang telah dijanjikan Allah (Ef. 1: 13). Dengan cara ini, Tuhan meneguhkan bahawa kita adalah anak-anakNya. Kerana inilah, Rasul Paulus berkata,”Roh sendiri memberi kesaksiaan kepada roh kita bahawa kita adalah anak-anak Allah… dan sebagai ahli waris bersama Kristus” (Rm. 8: 16-17)

​Bahasa dan lambang Roh Kudus sebagai meterai ditemukan dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus. Alasannya adalah kerana referensi meterai sebagai sebuah perjanjiaan pembelian sangat dikenali oleh jemaat dalam kota yang terkenal dengan perdagangan kayu ini. Bickersteth memberikan kita pengetahuan mengenai penggunakan meterai di masa itu:

Metode pembelian saat itu adalah seperti ini: setelah pedagang memilih kayu yang akan ia beli, ia memeteraikan kayu-kayu pilihannya dengan menggunakan stempel hal kepemilikannya, yang merupakan tanda kepemilikan yang diakui secara umum. Seringkali pedagang tidak membawa kayu pembeliannya pada saat itu; kayu-kayunya ditinggalkan di pelabuhan bersama dengan kayu-kayu lain yang mengapung di air, tetapi kayu-kayu itu telah dipilih, dibeli dan dibubuhi meterai; dan pada waktunya si pedagang mengutus hamba kepercayaannya dengan membawa stempel, mencari kayu-kayu dengan cap meterai yang sama mengklaim dan membawanya kepada tuannya.
​​​​​​​Edward Henry Bickersteth (hal. 176)

​Sebagai pengikut Yesus , kita telah dimeteraikan dengan Roh Kudus. Meterai kita menandakan bahawa kita bukan lagi milik kita sendiri, tetapi milik Yesus yang telah membeli kita dengan darahNya (I Kor. 6: 19-20). Jemaat di Efesus mengerti mengenai pentingnya meterai dalam hak kepemilikan, sehingga Paulus memanfaatkan pengetahuan mereka sepenuhnya untuk menyampaikan bagaimana Roh Kudus telah memeteraikan mereka sampai pada hari penebusan mereka (Ef. 1: 13; 4: 30). Paulus ingin menyedarkan mereka, bahawa mereka bukan milik mereka sendiri- sekarang mereka adalah milik Yesus Kristus. Alkitab membuat hal ini menjadi sangat jelas, kerana pada meterai Allah tertulis: ”Tuhan mengenal orang-orang kepunyaanNya” (II Tim. 2: 19)

3.2.8 Jaminan

​Pada Efusus. 1: 14, kita menemukan kata Yunani arrabon1 yang bererti sebuah jaminan. Kata ini biasanya dipakai untuk menunjukkan simpanan yang diberikan sebagai jaminan, sementara pembayaran penuh akan dilakukan di kemudian hari. Hal ini sudah biasa dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi dalam urusan perdagangan.

​Dalam suratnya, Paulus menggunakan kata ini untuk menjelaskan tentang Roh Kudus sebagai janji warisan Syurgawi orang Kristian. Kelak, orang-orang yang dikasihi Tuhan akan menikmati kerajaan yang telah dipersiapkan untuk mereka sejak permulaan dunia. Ini merupakan kasih karunia yang akan digenapi pada saat kedatangan Tuhan yang kedua (I Ptr. 1: 13). Sementara menunggu waktu penggenapannya, Allah memberikan kita suatu jaminan untuk memastikan janjiNya.

​Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh kita bahawa kita adalah anak-anak Allah, dan mempunyai ha katas warisan Syurgawi (Rm. 8: 16-17). Mengetahui hal ini, kita harus bersyukur akan status yang mulia ini dan mengarahkan fikiran kita pada hal-hal di atas (Kol. 3: 2), kerana pengharapan kita yang sejati ada di atas, tempat Allah tinggal dalam kemuliaanNya yang sempurna. Maka, untuk mengenal Yesus Kristus lebih baik, kita harus menganggap segala sesuatu dari dunia sebagai kerugian (Flp. 3: 8)

​Roh Kudus menjamin kehidupan kekal (II Kor. 5: 4-5) dan kebangkitan kita dari kematian menjadi tubuh rohani (II Kor. 5: 1-3). Dengan jaminan Roh Kudus, kita mempunyai pengharapan hidup ini dan tidak perlu takut akan kematian. Kita dapat melihat ke hadapan, ke masa ketika kita akan bersama-sama dengan Tuhan (II Kor. 5: 6-8).

​Roh Kudus menjamin janji-janjiNya kepada kita. Alkitab berkata, “Sebab Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan’Amin’ untuk memuliakan Allah. Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (II Kor. 1: 20-22). Ayub berkata,”Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagiMu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuaan bagiku?” (Ayub. 17: 3). Pemazmur juga berkata,”Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan” (Mzm. 86: 17). Dari ayat-ayat ini, kita mengetahui betapa pentingnya mempunyai jaminan pengharapan akan masa depan kita.

3.2.9 Api

​Nabi Yesaya berkata,”Dan orang yang tertinggal di Sion dan tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila Tuhan telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar” (Yes. 4: 3-4). Di sini, Yesaya berbicara tentang “roh yang membakar”, menunjukkan pada sebutan lain Roh Kudus. Istilah Yesaya “kekotoran puteri Sion”, memgacu pada ketidakmurnian dan dosa gereja. Tetapi, setelah Roh Kudus membakar hangus ketidakmurnian umat Allah, mereka akan “tercatat di antara orang yang beroleh hidup di Yerusalem”. Dengan kata lain, gereja akan menerima hidup kekal.

​Pandai besi menggunakan api untuk memurnikan logam. Api itu membuang semua ketidakmurnian untuk menghasilkan logam yang murni dan mengkilap (Mal. 3: 2-3). Sama seperti api milik seorang pandai besi, Roh Kudus secara rohani memurnikan, memperbaharui (II Kor. 6: 6; Tit. 3: 5) dan menguduskan orang-orang percaya (I Ptr. 1: 2)

​Pada zaman Nabi Yesaya, Allah menyampaikan sebuah pesan penting untuk memberitahukan umatNya bahawa mereka memerlukan roh yang membakar untuk membuang ketidak-kudusan mereka. Demikian juga umat Allah pada masa sekarang, kota dan gereja kudusNya, harus dimurnikan untuk mewujudkan kemuliaan Yerusalem Baru, seperti yang dilukiskan dalam kitab Wahyu (Why.21: 11, 18-27; ref Yes. 1: 25)

​Api mempunyai kekuatan untuk melarutkan logam dan unsur-unsurnya, melebur mereka menjadi benda yang padat (ref. II Ptr. 3: 10-12). Berbicara secara rohani, Roh Kudus dapat melarutkan sifat-sifat kita yang mencari kepentingan pribadi dan berpusat pada diri sendiri. Roh Kudus juga dapat membuang batasan dan perbedaan yang sering kita pasang di dalam gereja, seperti garis-garis pemisahan rasial dan sosial. Di bawah pimpinan Roh, Allah dapat menyatukan orang-orang berbeda menjadi satu di dalam Kristus Yesus (Ef. 4: 3; Gal. 3: 28)

​Ketika api membakar, kibaran api dan asapnya naik ke langit. Demikian juga, ketika Roh Allah membakar semakin panas dalam diri kita dan memenuhi hati kita, kita tidak akan lagi merasa tertarik pada kesenangan dalam dosa di dunia. Sebaliknya, kita akan terdorong untuk meninggalkannya. Dan lagi, dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus, kita dapat berpusat pada perkara-perkara rohani dan hidup menurut pengajaran Tuhan (Mat. 6: 19-20; Kol. 3: 1-4). Rasul Paulus memberikan kita teladan yang baik, kerana dia mengizinkan Roh Kudus membakar dengan hebat dalam hatinya untuk membuang semua keinginan dan ambisi pribadinya. Roh dari api di dalam dirinya mengobarkan hasrat yang besar untuk senantiasa bersama dengan Yesus (II Kor. 5: 1-8; Flp. 1: 23) dan menganggap segala sesuatu sebagai kerugian, dibandingkan dengan anugerah kerana mengenal Dia (Flp. 3: 7-8)

​Sejak zaman Perjanjian Lama, kuasa Roh Kudus untuk menumbuhkan rasa tidak mementingkan diri selalu dipelajari sebagai pelajaran rohani. Dalam peperangannya melawan orang Midian, Gideon memenangkan perang melawan musuh-musuhnya dengan memecahkan buyung untuk menyingkapkan cahaya dari suluh yang ada di dalam (Hak. 7: 16-23). Tindakan simbolis ini mengajarkan kita tentang kekuatan tersembunyi pada kehadiran Roh Allah. Hanya apabila kita menunjukkan kerelaan untuk membuang “ke-aku-an” kita, maka terang dan kemuliaan Yesus dapat dinyatakan di dalam diri kita (II Kor. 4: 10)

​Roh yang membakar juga memberi kita kuasa untuk memberitakan injil dengan semangat keberanian. Contohnya, Roh Kudus memberi kuasa kepada murid-murid pada hari Pentakosta (Yoh. 20: 19; Kis. 4: 31). Umat Kristian di masa awal bahkan memberitakan injil dengan begitu berani sehingga mereka disebutkan sebagai “orang-orang yang telah mengacaukan seluruh dunia” (Kis. 17: 6). Semangat penginjilan Allah juga membakar dalam diri Nabi Yeremia, yang tidak dapat menahan diri untuk berbicara dalam nama Tuhan (Yer. 20: 9; ref. Mzm. 39: 3; Ayb. 32: 17-22). Kita berdoa agar Tuhan memberikan gereja benar hari ini roh membakar yang sama.

3.2.10 Tiang awam dan tiang api

​Alkitab menuliskan,”Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awam untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awam itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu” (Kel. 13: 21-22). Tiang awam dan tiang api, yang memimpin umat pilihan, melambangkan Roh Kudus.

​Setelah keluar dari Mesir, orang Isreal menempuh perjalanan selama empat puluh tahun lamanya di padang gurun. Perjalanan itu tentu terlihat seakan tidak pernah berakhir. Tanpa pedoman untuk memimpin jalan mereka sepanjang siang atau cahaya yang cukup terang untuk memimpin mereka pada malam hari, mustahil bagi mereka untuk menemukan jalan yang benar ke tanah perjanjiaan. Namun Allah menyediakan tiang awam pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam untuk menuntun mereka. Bila kita membaca teks Perjanjiaan Lama, kelihatannya ada dua tiang yang berbeda. Namun sesungguhnya hanya ada satu tiang, yang mempunyai dia bentuk berbeda. Tiang itu tidak pernah meninggalkan umat Allah dan senantiasa bertindak sebagai penuntun, memimpin mereka masuk ke Kanaan dengan selamat.

​Allah telah menyediakan tiang api untuk memberikan tuntunan dan cahaya bagi bangsa Isreal, sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan mereka pada waktu malam (Kel. 40: 38). Sekarang, mungkin kadang-kadang kita merasa tersesat dalam perjalanan hidup, tetap kita tidak boleh lupa bahawa Roh Allah adalah Penuntun dan Penolong yang maha hadir. Dia sama seperti cahaya api, yang menuntun kita, walaupun dunia ada dalam kegelapan. Kita dapat merasa yakin bahawa pada akhirnya Tuhan akan memimpin kita ke Kanaan rohani, yang adalah rumah Syurgawi kita.

​Berkaitan dengan keluarnya bangsa Isreal dari Mesir, Alkitab menuliskan hal ini: “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentera Isreal, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awam itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentera orang Mesir dan tentera orang Isreal; dan oleh kerana awam itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga ada satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu” (Kel. 14: 19-20)

​Ketika tentera Mesir mengejar Isreal, tiang awam bergerak memisahkan umat Allah dan bangsa Mesir, dan melingkupi bangsa Mesir dengan awam kegelapan. Herannya, tiang awam bersinar terang bagi bangsa Isreal. (ref. I Tes. 5: 4)

​Peristiwa ini kaya akan pengajaran rohani. Dia mengajarkan kita bahawa Roh Kudus dapat membuka dan menutup mata rohani seseorang. Bagi bangsa Mesir, Roh Kudus memberikan kegelapan. Demikian juga, bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau yang mengeraskan hati, Tuhan mungkin menutup mata mereka seterusnya dalam kegelapan rohani (ref. Rm. 1: 28; Ef. 4: 18; II Tes. 2: 11). Bagi kita yang percaya, kita harus berusaha menjadi “anak-anak terang” dengan berjalan di bawah pimpinan dan perlindungan Tuhan (I Tes. 5: 5). Tuhan Yesus pernah berkata,”Akulah terang dunia, barangsiapa mengiku Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8: 12). Roh Kudus adalah Roh Tuhan (II Kor. 3: 17), dan orang-orang yang percaya kepadaNya harus berusaha untuk mengikuti pimpinan RohNya. Kita tidak boleh lagi berjalan dalam kegelapan rohani, sama seperti bangsa Isreal, kita telah dianugerahi terang Roh Allah.

​Tiang awam dan tiang api bukan hanya memimpin bangsa Isreal melalui padang gurun, tetapi juga dipakai sebagai perisai untuk melindungi mereka dari musuh-musuh mereka pada saat bahaya. Jadi kita jangan melupakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita ketika Dia mencurahkan RohNya untuk tinggal di dalam diri kita. Roh Kudus bukan hanya menuntun dan memimpin kita dalam menjalani hidup, tetapi Dia juga melindungi kita dari kematian rohani. Ketika kita dicobai untuk jatuh ke dalam dosa, atau untuk meninggalkan jalan yang benar, Dia memanggil kita kembali. Oleh kerana itu, telinga kita harus peka dengan panggilanNya- untuk mendengarkan, dan tidak menolak panggilanNya.

​Rasul Paulus juga menulis tentang tiang awam dan tiang api:”Aku mahu, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahawa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awam dan bahawa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awam dan dalam laut.” (I Kor. 10: 1-2). Dari sini kita mengetahui bahawa bangsa Isreal menyeberangi Laut Merah dan perjalanan mereka di bawah tiang awam dan tiang api menggambarkan baptisan air dan baptisan Roh Kudus.

3.2.11 Terang

​Seperti telah disebut sebelumnya, Roh Kudus dilambangkan dengan api. Api memancarkan terang, jadi terang juga melambangkan Roh Kudus. Ketika Asaf menulis mazmur untuk mengingatkan umat Allah tentang pembebasan mereka dari Mesir, dia menulis, “DituntunNya mereka dengan awam pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api” (Mzm. 78: 14)

​Yesus berkata, ”Allah adalah Roh” (Yoh. 4: 24), dan Yakobus pernah menyebut Allah sebagai “Bapa terang” (Yak. 1: 17). Jadi Allah, yang adalah Roh, adalah sumber terang kita. Dia adalah terang sejati yang bersinar untuk memimpin semua orang yang dengan tekun dan tulus mencari Dia.

​Terang mempunyai banyak sifat, yang bila dipelajari, membantu kita mengerti mengapa Alkitab menggunakan terang untuk melambangkan Roh Kudus:

• Terang menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam gelap (Yoh. 3: 20; Ef. 5: 13). Demikian juga, Roh Kudus menyingkapkan kegelapan dalam jiwa kita. Kenyataan ini digambarkan dalam contoh dua orang Kristian pada gereja mula-mula: Ananias dan Safira, yang ketahuan telah mendustai Roh Kudus. Mereka mengalami akibat yang tragis setelah tipu daya mereka disingkapkan (Kis. 5: 1-16). Peristiwa ini mengingatkan kita pada perkataan Salomo: “Kerana Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pkh. 12: 14; ref. Luk. 12: 2)

• Terang melambangkan kebaikan. Bila terang bersinar dalam kegelapan, kegelapan tidak dapat menguasainya (Yoh. 1: 5) Terang mempunyai kuasa untuk menghalau kegelapan. Oleh kerana itu kejahatan tidak dapat menerima terang Roh Allah (Yoh. 14: 17); sebaliknya, Roh Kudus memencarkan kegelapan. Maka selanjutnya, di mana ada kejahatan, Roh Kudus tidak akan ada di sana. Kerana alasan inilah kita harus hidup kudus dan seleh jika kita menginginkan Roh Allah terus memenuhi hati dan hidup kita.

• Matahari adalah sumber cahaya alami kita. Matahari tidak membeda-bedakan siapa pun, tetapi sinar kehangatannya sama kepada setiap orang (Mat. 5: 45). Demikian juga, Roh Kudus menerangi semua orang dengan indah. Sama seperti matahari, Roh Kudus memberikan kita kehangatan rohani dan kehidupan dan mengeluarkan kita dari bayang-bayang kegelapan dan maut (ref. Mat. 4: 16; Luk. 1: 78-79)

3.2.12 Pedang

​Kitab Kejadian memberikan kita referensi paling awal tentang pedang sebagai lambang bagi Roh Kudus: “Berfirmanlah Tuhan Allah ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’ Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari Taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan ”(Kej. 3: 22-24)

​Setelah Adam dan Hawa jatuh dari kasih karunia Allah, mereka diusir dari Taman Eden dan dijauhkan daro pohon kehidupan. Akibatnya, seluruh umat manusia kehilangan anugerah kehidupan kekal, kerana Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa bahawa mereka akan mati jika memakan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat (Kej. 2: 17). Untuk menjaga manusia agar tidak kembali ke Taman Eden, Allah menempatkan kerub dan pedang yang bernyala-nyala untuk menjaga taman itu.

​Taman Eden yang jasmani melambangkan Taman Eden Syurgawi. Sama seperti Eden jasmani, Taman Eden di Syurga juga mempunyai pohon kehidupan (Why. 22: 14). Sejak kejatuhan umat manusia sampai datangnya keselamatan Allah. Dia telah memeteraikan jalan menuju pohon kehidupan dengan pedang. Tidak seorang pun dapat masuk ke dalam taman itu, dan tidak memungkinkan jalan menuju hidup kekal, kerana dosa tidak memungkinkan manusia mendapatkannya. Tetapi Tuhan kita Yesus Kristus, melalui kematianNya di kayu salib, membuka kembali jalan ini (Mat. 27: 50-51; Ibr. 10: 19-20). Oleh kerana itu, Yesus berkata,”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun sampai kepada Bapa jika tidak melalui Aku”(Yoh. 14: 6; 10: 9). Dia adalah satu-satunya jalan yang kerananya kita dapat menerima keselamatan dan kehidupan kekal.

​Pedang yang bernyala-nyala di pintu masuk taman Eden, yang melambangkan Roh Kudus, mempunyai kekuatan untuk membunuh dan memusnahkan. Siapa pun yang ingin masuk untuk memperoleh kehidupan kekal, ia harus terlebih dahulu menghadapi kematian. Paulus mengajarkan kita bahawa kita semua harus mati dan dikubur bersama Kristus melalui baptisan air(Rm. 6: 3).

​Jadi, pedang yang bernyala-nyala, yang pernah menutup jalan menuju kehidupan kekal, tidak menandakan bahawa kita ditakdirkan untuk hidup dalam keputusasaan. Tetapi dia telah membuka kembali jalan menuju keselamatan untuk kita. Dia menyatakan dua kebenaran bahawa manusia harus mati melalui baptisan air dan dilahirkan kembali melalui Roh Allah. Hanya dengan begitu, kita baru kembali melalui Roh Kudus Allah. Hanya dengan begitu, kita baru dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah dan menerima kehidupan kekal (Yoh. 3: 4; Tit. 3:5). Dan dari Alkitab, kita tahu bahawa Roh Kudus berkerja dalam baptisan air dan baptisan Roh (Gal. 3:3; I Kor. 6:11; 12:13). Kerana alasan ini, Rasul Paulus memberitahukan jemaat di Galatia bahawa mereka telah “memulai dalam Roh” (Gal. 3:3). Demikian juga perjalanan kita kembali menuju kehidupan kekal dimulai dengan Roh Kudus. Selain melalui Dia, tidak ada jalan lain untuk kembali ke Taman Eden.

​Rasul Paulus memberikan kita pengetahuan lebih lanjut mengenai hubungan antara pedang dan Roh Kudus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus. Paulus menulis,”Pedang Roh, yaitu firman Allah”(Ef. 6:17). Perkataan memberitahu kita bahawa:
• Pedang melambangkan Roh Kudus.
• Sebagai senjata, Roh Kudus memberikan kita kemampuan untuk menghancurkan keinginan daging kita, dan mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan (ref. Ef. 6:12)
• Pedang Roh adalah firman Allah. Hanya bila kita diperlengkapkan dengan pedang, maka kita dapat mempunyai keberanian untuk maju berperang dalam peperangan rohani kita melawan kuasa-kuasa kegelapan.

Pedang Roh Allah mempunyai kekuatan. Alkitab berkata,”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan fikiran hati kita” (Ibr. 4: 12). Firman Allah, sama seperti pedang yang tajam, dapat menembus hati kita, menyelidikan fikiran dan motif kita. Sayangnya, Ananias dan Safira mengira mereka dapat mencobai Roh Kudus dan membayar kesalahan itu dengan nyawa mereka (Kis. 5:3; 9-10). Kita harus belajar dari kesalahan mereka; daripada menguji seberapa jauh kita dapat mendesak Roh Kudus dengan hidup tidak benar; kita harus bersandar pada Roh Kudus sebagai sumber kekuatan rohani kita. Dengan pedang Roh, kita dapat membuang keinginan jahat kita dan juga memberitakan Firman Allah kepada semua orang yang memerlukannya.

3.2.13 Angin

​Kata Ibrani untuk “angin” adalah ruah2. Istilah ini sering diterjemahkan sebagai “roh”, “napas” dan “udara”. Kata Yunaninya adalah pneuma dan ertinya “angin”, “roh” dan “nafas”3. Dalam tiga kesempatan, Alkitab menggunakan “angin” untuk melambangkan Roh Kudus” 1) Yeh. 37:5-10; 2) Yoh. 3:8; 3) Kis. 2:2

​Ayat Alkitab pertama berbunyi,”Maka firmanNya kepadamu:’Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Begitulah firman Tuhan Allah: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali.’ Lalu aku bernubuat seperti diperintahkanNya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentera yang sangat besar” (Yeh. 37:9-10)

​Ayat dari Yehezkiel ini adalah salah satu ayat Perjanjian Lama yang penting, ketika angin digunakan sebagai lambang bagi Roh Kudus. Ayat ini menyampaikan penglihatan Nabi Yehezkiel tentang bangkitnya kuasa Roh Kudus. Jika kita membaca ayat ini dalam konteksnya, kita akan menemukan ayat berikutnya yang menjelaskan pesan Yehezkirl ini. Dalam Yehezkiel. 37:14, Tuhan berkata,”Aku akan memberikan RohKu ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali” Dari sini kita melihat bahawa Roh Kudus memberikan kehidupan. Berhubungan dengan bangkitnya kuasa Roh ini, Rasul Paulus berkata,”Dan jika Roh dengan bangkitnya kuasa Roh ini, Rasul Paulus berkata,’Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu’” (Rm. 8:11)

​Pada ayat kedua, Yesus mengajarkan,”Angin [atau Roh] bertiup ke mana ia mahu, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Yesus berbicara tentang Roh Kudus sebagai angin, yang bertiup ke mana dia mahu dan tidak dapat dikekang. Dia juga memenuhi bumi sebagai kekuatan yang tidak dapat dilihat dan diraba. Dari perkataan Yesus, kita belajar bahawa sifat angin menyatakan sifat rohani Roh Kudus.

​Pada ayat ketiga, angin sebagai lambang dari Roh Kudus, dengan penuh kekuatan diwujudkan pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kisah Para Rasul fasal 2 menggambarkan peristiwa ini:”Tiba –tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah mana mereka duduk” (Kis. 2:2, 4)

3.2.14 Tujuh mata

​Kitab-kitab nubuat dalam Alkitab kadang-kadang menggunakan perlambangan “tujuh mata” untuk menjelaskan Roh Allah:

Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua- satu permata yang bermata tujuh.
​​​​​​​​​Zakharia. 3:9

Yang tujuh itu adalah mata Tuhan yang menjelajah seluruh dunia.
​​​​​​​​​Zakharia. 4:10

Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
​​​​​​​​​Wahyu. 5:6

​Angka “tujuh” adalah lambang kelengkapan atau kesempurnaan sementara “mata” melambangkan hikmat. Jadi tujuh mata pada ayat di atas mewakili kesempurnaan dan hikmat rohani Allah. Tujuh mata juga melambangkan sifat Roh Kudus yang maha melihat, yaitu kemahatahuanNya. Dia menyelidik hal-hal terdalam dari Allah (I Kor. 2:10), dapat merasakan pekerjaan setan (Kis. 16:16-18), dan melihat sampai ke hati kita yang paling dalam (Kis. 5:1-11). Allah mengawasi orang yang baik dan yang jahat (Ams. 15:3); tidak ada yang tersembunyi dari pandanganNya. Mengetahui hal ini, kita harus berusaha untuk hidup kudus, murni dan benar.

Pertanyaan Tinjauan

1. Apakah (a) model (b) lambang? Mengapa Alkitab menggunakannya?
2. Jelaskan bagaimana burung merpati melambangkan Roh Kudus.
3. Jelaskan bagaimana embun melambangkan Roh Kudus.
4. Jelaskan bagaimana hujan melambangkan Roh Kudus.
5. Jelaskan bagaimana air melambangkan Roh Kudus.
6. Jelaskan bagaimana sungai melambangkan Roh Kudus.
7. Jelaskan bagaimana minyak melambangkan Roh Kudus.
8. Jelaskan bagaimana meterai melambangkan Roh Kudus.
9. Mengapa Roh Kudus dianggap sebagai “jaminan”?
10. Jelaskan bagaimana api melambangkan Roh Kudus.
11. Jelaskan bagaimana tiang awam dan tiang api melambangkan Roh Kudus.
12. Jelaskan bagaimana terang melambangkan Roh Kudus.
13. Jelaskan bagaimana pedang melambangkan Roh Kudus.
14. Jelaskan bagaimana angin melambangkan Roh Kudus.
15. Jelaskan bagaimana “tujuh mata” melambangkan Roh Kudus.

_________________________________________________________________________

1. Vine, W. E., Unger, Merrill F. dan White Jr. William, Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville, Atlanta, London dan Vancouver: Thomas Nelson Publishers, 1985).G728.
2. Ibid.H7307.
3. G4151

Similar Posts

One Comment

Comments are closed.