Hits: 126

5.1 Pendahuluan

​Gereja adalah sekumpulan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Penyertaan Roh Kudus membuktikan sebuah gereja adalah milik Kristus (Rm. 8:9) dan mempunyai hidupNya. Tambah lagi, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam kehidupan rohani tiap orang percaya: Ia menolong kita dalam perjalanan iman kita dan menjamin keselamatan kita. Alkitab mencatat:”Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63).

​Bab ini akan melihat hubungan antara Roh Kudus dengan orang-orang percaya.

5.2 Roh Kudus dan pembenaran

5.2.1 Apakah pembenaran?

​Kata “pembenaran ” sering ditemukan dalam surat-surat Rasul Paulus untuk menunjukkan apakah yang diperhitungkan Allah untuk melihat orang percaya sebagai orang yang benar (Rm. 4:3, 6), pengampunan dosa-dosa kita, dan kesanggupan kita untuk berdiri tanpa cacat cela di hadapan tahta Allah pada hari penghakiman nanti (Rm. 8:33-34). Paulus menjelaskan kepada kita, bahawa pembenaran kita dimungkinkan kerana kebenaran Yesus Kristus (Rm. 5:17-19; II Kor. 5:21).

​Ada dua sisi dalam pembenaran kita. Pertama, Allah tidak lagi melihat kita sebagai orang berdosa (Rm. 4:6-8; II Kor. 5:19), kerana Ia telah membebankan seluruh dosa kita kepada Yesus (Yes. 53:6). Kedua, Allah menghubungkan kebenaran Kristus kepada kita (II Kor. 5:21; Gal. 3:27), sehingga kita dapat disebut sebagai anak-anakNya (Ef. 1:5).

5.2.2 Mengapa kita memerlukan pembenaran?

​Tujuan pembenaran hanya satu, adalah agar kita dapat diselamatkan dari murka Allah, agar kita suatu hari nanti, dapat berdiri dengan percaya diri dalam penghakiman syurgawi (Rm. 5:9). Namun orang-orang berdosa tidak dapat menerima kehidupan kekal kerana menghadapi murka Allah (Yoh. 3:36). Hanya mereka yang dibenarkan Allah dan didamaikan kepadaNya (Rm. 5:1, 10), yang dapat memperoleh jaminan bahawa dakwaan tidak akan diajukan terhadap mereka (Rm. 8:33-34).

​“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sebuah itu dihakimi” (Ibr. 9:27). Kematian adalah akibat dari dosa. Bila ada dosa, maka ada kematian; dan bila ada kematian, akan ada penghakiman. Penghakiman terjadi kerana kematian. Tidak ada orang yang dapat hidup selamanya; semua orang pasti mati, cepat atau lambat. Dan Allah telah membawa kita masing-masing untuk dihadapkan kepada penghakiman setelah kita mati, agar kebenaran dan keadilanNya dapat ditegakkan. Lebih lagi, kita tidak dapat melawan penghakimanNya, kerana Ia adalah Tuan atas segala ciptaan.

​Patokan penghakiman Allah bagi bangsa Isreal kuno adalah Hukum Taurat, yang telah Ia sampaikan kepada Musa. Orang Yahudi yang memegang hukum ini dianggap benar di hadapan Allah (Rm. 2:12-13). Namun, kerana tidak ada seorang pun yang dapat memegang hukum ini dengan sempurna (Gal. 5:3), tidak ada orang yang dapat dibenarkan melalui hukum ini (Gal. 3:11). Kerana itu Alkitab berkata bahawa mereka yang mengandalkan pembenaran melalui Hukum Taurat, ada di bawah kutuhan (Gal. 3:10).

​Alkitab menyebut mereka yang bukan bagian dari umat pilihan Allah sebagai “bangsa-bangsa lain” atau “orang-orang yang tidak percaya”. Penghakiman Allah atas mereka akan didasarkan pada hati nurani mereka. Rasul Paulus menjelaskan,”Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntun hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahawa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan fikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rm. 2:14-15)

​Namun dalam Kristus, perbedaan antara orang Yahudi dengan bangsa-bangsa lain tidak mempunyai erti apa-apa dalam hal pembenaran.Seorang Yahudi, yang mencari kebenaran melalui Hukum Taurat dan seorang dari bangsa lain, mencari kebenarannya dari moralitas dalam hati nuraninya, keduanya akan kecewa dengan usaha mereka mencari kebenaran mereka sendiri. Ini kerana manusia penuh dengan kelemahan, sehingga kita tidak selalu dapat hidup menurut apa yang kita inginkan. Rasul Paulus menunjukkan, contohnya, bahawa kita seringkali ingin melakukan hal yang baik, namun ada kejahatan dalam diri kita. Paulus mengutip mazmur Daud:

“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Tidak ada seorangpun yang berakal budi,
tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng,
Mereka semua tidak berguna,
Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”
​​​​​​Roma. 3:10-12; ref. Mazmur. 14:1-3; 53:1-3

​Manusia diperbudak oleh dua jenis dosa: dosa pribadi dan dosa asal. Ketidakmampuan bangsa Isreal untuk memegang Hukum Taurat sepenuhnya, dan ketidakmampuan bangsa-bangsa lain untuk mengikuti hati nurani mereka dapat dikategorikan sebagai “dosa-dosa pribadi”. Dosa-dosa pribadi adalah dosa-dosa yang kita lakukan pada tingkatan individu dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, setiap orang mewarisi sifat dosa dari nenek moyang umat manusia. Kita menyebut dosa ini sebagai “dosa asal” (Rm. 5:12). Maka Raja Daud, digerakkan oleh Roh Kudus, mengakui:”Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm. 51:5).

​“Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa” (Gal. 3:22). Baik orang Yahudi mahupun bukan Yahudi, semuanya ada dalam belenggu dosa (Rm. 3:9). Upah dosa adalah kematian (Rm. 6:23), dan setelah kematian akan datang penghakiman. Akibat yang harus ditanggung orang berdosa terhadap penghakiman kebenaran harus ditanggung orang berdosa terhadap penghakiman kebenaran Allah adalah kehancuran kekal (II Tes. 1:7-9). Dosa dan hukuman adalah kenyataan menyedihkan yang harus dihadapi orang berdosa. Dan kerana kita semua ada di bawah kutukan dosa, baik di tingkat individu dan dari dosa asal yang kita wariskan dari Adam dan Hawa, satu-satunya harapan kita adalah mencari Yesus Kristus untuk dibenarkan.

​Alkitab mengatakan bahawa Allah mengasihi dunia (Yoh. 3:16), dan Ia menginginkan semua orang diselamatkan (I Tim. 2:4) dan tidak ada yang binasa (II Ptr. 3:9). Persembahan korban bakaran dalam Hukum Taurat menggambarkan kasih Allah dalam Kristus (Im. 1:1-4; Ibr. 9:22): Yesus Kristus, yang mengorbankan diriNya di kayu salib untuk dunia, adalah perwujudan penuh kasih Allah (Rm. 5:8; I Ptr. 2:24).

5.2.3 Mengandalkan Roh Kudus untuk pembenaran

​Kerana kita semua ada dalam kutukan dosa, kita harus dibenarkan oleh Allah. Tidak mungin kita dapat dibenarkan melalui usaha kita sendiri dengan hidup sempurna- hasil yang pasti kita tuai adalah perasaan bersalah dan kegagalan. Namun begitu kita mengakui keadaan kita yang tak berdaya, kita akan belajar untuk mempercayakan pembenaran kita kepada Yesus Kristus. Kita tidak dapat menemui jalan untuk kembali kepada Allah tanpa Yesus (Rm. 7:23-25; Yoh. 14:6). Yesus pernah berkata,”Aku datang bukan memanggil orang benar, tetapi orang berdosa , supaya mereka bertobat” (Luk. 5:32). Sepanjang sejarah panjang manusia, hanya ada sangat sedikit orang benar, dan terlalu banyak orang yang merasa benar diri. Mereka yang benar diri berusaha mendapatkan kebenaran mereka sendiri tanpa Allah (Rm. 10:3). Namun pembenaran diri hanya akan menjauhkan mereka dari pembenaran Allah. Hanya yang lemah lembut dan rendah hati, yang mencari belas kasihan Allah dan bertobat dengan tulus, yang akan dibenarkan (Luk. 19:9-14). Mereka yang benar diri bahkan tidak dapat melihat perlunya kasih dan kemurahan Allah dalam hidup mereka.

​Pembenaran adalah kerana kasih karunia, dan diberikan secara Cuma-Cuma oleh Allah (Rm. 3:24; 4:2-3). Namun banyak orang Kristian mengira mereka tidak perlu melakukan apa-apa dalam tingkatan individu. Alkitab dengan jelas mengatakan bahawa ada langkah-langkah yang harus kita tempuh untuk mendapatkan pembenaran Kristus, seperti percaya, bertobat, dan dibaptis. Walaupun langkah-langkah ini diilhamkan oleh Allah, kita disyaratkan untuk mengikutinya dengan tindakan (Kis. 2:38; Rm. 4:5).

​Namun kita perlu ingat, pada akhirnya pembenaran kita hanya dimungkinkan kerana Yesus Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita dan bangkit untuk pembenaran kita (Rm. 4:25; II Kor. 5:21). Kerana itu Rasul Paulus berkata,”Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh kerana melakukan hukum Taurat… Kerana kami yakin, bahawa manusia dibenarkan kerana iman, dan bukan kerana ia melakukan hukum Taurat” (Rm. 3:20, 28).

​Jalan menuju pembenaran kita adalah melalui iman dan baptisan air. Banyak orang Kristian merasa ragu dengan khasiat baptisan air untuk membenarkan orang percaya dan menghapus dosa-dosanya. Namun kita harus menyedari bahawa kuasa ini berasal dari keberadaan rohani darah Yesus dan kesaksian Roh Kudus di dalam air (Zak. 12:10; 13:1; Yoh. 19:33-37; I Yoh. 5:6-12). Yesus adalah Domba Allah yang suci, yang dibebankan dengan dosa demi kita. Melalui Roh yang kekal, Ia mengorbankan dirinya demi kita di hadapan Allah (II Kor. 5:21; I Kor. 5:7; Ibr. 9:12-15; Yoh. 10:18). Roh Kudus, yang adalah Allah sendiri, mempunyai kuasa untuk memberikan pengampunan dosa melalui baptisan air (Yoh. 20:22-23). Lebih lagi, Roh Kudus memberikan kesaksian kerana Roh adalah kebenaran (I Yoh. 5:6-8). Dalam baptisan, yaitu melalui air, darah dan Roh, kita dikuburkan bersama Kristus dan dibangkitkan dalam hidup yang baru dalam Kristus (Rm. 6:3-4) dan pembenaran (Mrk. 16:16; Kis. 22:16; I Yoh. 1:7-9). Dengan cara ini, pembenaran melalui baptisan tidak dapat dilihat sebagai hasil dari perbuatan kita. Bagian ini sepenuhnya bergantung pada kemurahan Allah dan darah Yesus Kristus.
​Dari sedut pandang yang lain, hanya melalui bimbingan Roh Kuduslah, seseorang dapat mengakui dosa-dosanya dan mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya (Yoh. 16:7-8; I Kor. 12:3). Maka peran Roh dalam pembenaran kita juga mencakup pekerjaan persiapanNya dalam menuntun kita akan dosa-dosa kita dan menuntun kita kepada Allah.

5.3 Roh Kudus dan pengudusan

5.3.1 Apakah pengudusan?

​“Kerana kamu semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” (Gal. 3:27). Ayat ini memberitahukan kita bahawa kita mengenakan Yesus Kristus begitu kita dibaptis. Mengenakan Kristus bererti mengenakan sifatNya, yang adalah kebenaran sejati dan kekudusan (Ef. 4:24). Ini bukanlah perbuatan teoretis: kita mengenakan Kristus secara rohani dalam baptisan, agar kita diliputi dengan darahNya yang menghapus dosa; dan selanjutnya kita juga terus mengejarNya dalam Roh agar tidak menjadi kotot lagi. Rasul Petrus menperingatkan kita agar tidak kembalu ke dalam kondisi kita yang lama, yang ia samakan seperti “anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya ” (II Ptr. 2:22).

​Kerana itu, pengudusan kita dalam Kristus adalah sebuah proses yang terus menerus: kita berusaha agar tidak membiarkan diri kita jatuh kembali ke dalam sefat kedagingan (Rm. 13:14). Kekudusan bukan sebuah keadaan yang samar-samar, kerana kekudusan terlihat melalui tindakan dan perbuatan kita. Kerana itu, Rasul Paulus berkata, walaupun diri kita secara fisik menua, namun diri kita yang rohani harus diperbarui tiap-tiap hari (II Kor. 4:16). Dikuduskan dalam Kristus bererti membuang sifat kita yang lama dan mengejar kekudusan. Di dalamnya terkandung usaha untuk mewujudkan hidup yang baru dalam Kristus dan mengenakan sifatNya (Ef. 4:22-23; Rm. 6:4). Pada akhirnya, pengudusan kita dalam Kristus mensyaratkan kita untuk disalibkan bagi dunia, dan menganggap diri kita mati bagi dunia (Gal. 6:14). Kita harus memperlihatkan diri kita sebagai persembahan yang hidup, tidak lagi seturut dengan dunia,tetapi diubah dengan pembaruan fikiran kita (Rm. 12:1-2).

5.3.2 Mengapa kita memerlukan pengudusan?

“Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah Tuhan, Allahmu”
​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​Imamat. 20:7

“Kerana inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Kerana Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakana dan tegaskan dahulu kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus”
​​​​​​​​I Tesalonika. 4:3-7

​Allah menghendaki agar umat pilihanNya dikuduskan. Hal ini berlaku pada hari ini, seperti juga pada masa Perjanjian Lama. Melalui hukum dan peraturanNya dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki pengudusan bangsa Isreal. Namun ketika Yesus Kristus datang ke dunia untuk memenuhi pekerjaan penyelamatan di kayu salib (Yoh. 19:30), Ia memenuhi kebenaran yang dahulu diisyaratkan oleh Hukum Taurat (Mat. 5:17-18; Rm. 3:31). Dengan cara ini, Perjanjian Lama memberi pertanda wujud Perjanjian Baru (Kol. 2:17).

​Rasul Petrus mendorong kita untuk menjadi anak-anak yang taat, dan tidak kembali ke dalam hawa nafsu kita yang dahulu. Ia mengajarkan kita untuk hidup kudus kerana Allah telah memerintahkannya:”Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (I Ptr. 1:14-16). Setiap orang percaya mempunyai tugas untuk menjaga dirinya agar tetap suci: untuk hidup kudus dan rohaniah, berbeda dari dunia (Yoh. 15:19). Kita harus hidup mengikuri apa yang Tuhan minta dari kita, kerana kita adalah anak-anakNya (Gal. 3:26) dan tubuh kita adalah bait Roh Kudus (I Kor. 6:18-20). Lebih lagi, Alkitab memanggil orang-orang percaya sebagai “orang-orang kudus”, jadi kita harus hidup sesuai dengan status kita yang mulia (Rm. 1:7; I Kor. 1:2).

​Alkitab mengatakan, “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh ha katas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu” (Why. 12:14). Mereka yang membasug jubagnya dan mendapatkan bagian atas pohon kehidupan bukanlah sekadar mereka yang telah dibaptis dan dibenarkan. Secara khusus ayat ini menunjuk pada orang-orang kudus yang menjaga kekudusan mereka hingga akhir. Mereka yang membersihkan dosa-dosa mereka dalam darah Yesus akan mengenakan pakaian putih (Why. 7:13-14); tetapi mereka yang gagal menjaga kekudusan dan menodai pakaian putih mereka dan menginjak-injak karunia Allah (Ibr. 10:26-29). Sebagai orang percaya, kita tidak mungkin mendapatkan ha katas pohon kehidupan bila kita terus menerus menodai diri kita dengan dosa. Dan kita harus mengejar pengudusan untuk menghindari penghakiman Allah yang menyala-nyala.

​Mengejar kekudusan bukan hanya sekadar tugas; kekudusan adalah syarat bagi mereka yang berharap mendapatkan kehidupan kekal. Kerana itu kita harus melihat hal ini dengan serius. Dalam masa pelayanannya, Rasul Paulus menunjukkan hubungan dekat antara pengudusan atau kekudusan, dengan kehidupan kekal atau keselamatan, kepada orang-orang percaya di masa gereja awal. Ia menulis,”Kamu telah beroleh buah yang membawa kita kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal” (Rm. 6:22).”Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh” (II Tes. 2:13)

5.3.3 Pengudusan adalah perkara hati

​Kitab Amsal mengajarkan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, kerana dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). Jadi pengudusan kita adalah soal hati. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mengabaikan kenyataan ini dan memutarbalikkan urutannya, menaruh penekanan yang tidak semestinya pada kekudusan yang Nampak dari luar. Kerana itu Tuhan Yesus menegur mereka atas kedangkalan hati mereka (Mat. 23:25-26; Luk. 11:37-41).

​Setelah menerima baptisan air, dosa-dosa kita diampuni. Namun itu bukan bererti kita sepenuhnya telah bebas dari keinginan-keinginan daging (Rm. 6:12). Walaupun Allah membenarkan kita melalui baptisan, dosa masih dapat bekerja di dalam hati kita. Hasrat kedagingan kita merupakan halangan utama terhadap pengudusan kita dalam Kristus, seperti dijelaskan Paulus:

“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging- kerana keduanya bertentangan- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki… Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kesemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseterusan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu- seperti yang kubuat dahulu- bahawa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian,ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah”
​​​​​​​​Galatia. 5:17-21

​Hanya melalui kuasa dan pembaruan Roh Kudus, barulah kita mendapatkan kekuatan untuk menyalibkan hawa nafsu kita setiap hari. Agar kita tidak jatuh kembali ke dalam dosa, kita harus terus menerus menghapus ragi di dalam diri kita, yaitu sifat dosa kita (I Kor. 5:7). Ini adalah perjuangan sepanjang hidup, dan sayangnya, banyak orang Kristian gagal dalam perjuangan ini.

​Paulus menyampaikan catatan ini kepada kita mengenai perjuangannya melawan sifat-sifat kedagingan:
“Sebab aku tahu, bahawa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan berbuat apa yang baik.Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat… tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
​​​​​​​​Roma. 7:16-24

​Kadang-kadang kita merasa seakan kebaikan dan kejahatan ditakdirkan untuk bertempur dalam peperangan tanpa akhir dalam hati kita. Seperti sebuah kapal karam yang terjerat di dalam badai topan, kita seringkali menyerah kepda sifat kedagingan kita. Kita memerlukan seorang penolong dalam peperangan rohani ini, yaitu Roh Kudus.

5.3.4 Peran Roh Kudus dalam pengudusan kita

​Sebagai seorang manusia, kita lemah dan terbatas. Tanpa Kristus, kita tidak dapat mempunyai kehidupan yang berbuah dan rohani (Yoh. 15:5). Roh Kudus adalah kekuatan kita dari atas (Luk. 24:49; Kis. 1:8). Ia dapat menberikan kita kekuatan untuk menghadapi kelemahan-kelemahan kita (Yoh. 14:16-17; Rm. 8:26) dan menolong kita untuk hidup dalam kekudusan (I Ptr. 1:2; II Tes. 2:13; Rm. 15:16). Roh Kudus juga dapat melembutkan hati kita, mengubah hati yang keras menjadi lembut (Yeh. 36:26-27). Tanpa Dia, usaha dan tekad hati mansuia tidak benar-benar dapat mengubah sifat kita dan membebaskan kita dari kelenggu dosa (Rm. 8:2).

​Bahkan setelah kita menerima Roh Kudus, kita masih dapat jatuh kerana hawa nafsu kita. Namun bila kita tunduk pada tuntunan Roh Kudus, kita dapat menikmati kehidupan dan kedamaian (Rm. 8:5-6). Jadi pengudusan kita bergantung pada kepada siapa kita bersedia menyerahkan tubuh kita: bila kita menyerahkan diri kepada dosa, kita akan hidup menurut kedagingan; namun bila kita menyerahkan diri kepada Allah sebagia peraot kebenaran, maka tidak aka nada ruang untuk dosa (Rm. 6:12-14, 19-20). Jadi Roh Kudus merupakan kunci untuk menghapus sifat dosa kita (Rm. 8:13). Kerana itu, Paulus mendorong kita dan berkata,”hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16)

​Roma. 8:13 dan Galatia. 5:16 memberikan dua pelajaran penting kepada kita dalam menghadapi dosa: 1) setelah menerima Roh Kudus, Allah memberikan kekuatan dan kebebasan kepada kita untuk menyerahkan diri kita sebagai perabot kebenaran; 2) bila kita tunduk pada tuntunan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatanNya, kita dapat menang melawan sifat dosa kita.

​Alkitab mengatakan, kita tidak dapat melihat Allah bila kita tidak kudus (Ibr. 12:14), dan kekudusan berhubungan langsung dengan keselamatan kita (II Tes. 2:13). Kadang kita bertanya-tanya, berapa besar pengudusan kita bergantung pada usaha kita sendiri, dan berapa besar bergantung pada karunia Allah. Namun kita harus menyedari bahawa kita tidak dapat sekadar mengandalkan diri kita sendiri, kerana kita memerlukan pertolongan Roh Kudus (I Kor. 9:27; Flp. 4:13). Sama seperti kita juga harus memperlihatkan iman dalam Tuhan, dengan berjuang untuk hidup kudus dengan pertolongan Roh Kudus (Flp. 2:12f).

​Iman yang sejati adalah iman yang diikuti dengan perbuatan. Kita tidak dapat menganggap diri kita beriman kepada Allah bila kepercayaan kita tidak diwujudkan dalam hidup kita, atau bila tidak terdapat perbedaan antara kita dengan orang-orang yang tidak percaya. Kita tidak dapat mengira bahawa Allah sendiri akan mengurusi kekudusan kita- kekudusan dan pengudusan adalah hal yang harus kita kejar dalam Kristus, dengan pertolongan Roh Allah (II Kor. 7:1)

5.4 Roh Kudus dan keselamatan

5.4.1 Definisi keselamatan

​Apa ertinya diselamatkan? Dari Alkitab, keselamatan dapat dijelaskan dengan beberapa cara: pembasuhan dosa-dosa kita melalui darah Yesus (Kis. 22:16; Ef. 1:7; I Yoh. 1:7-9); diangkat ke atas bersama Tuhan ke dalam kerajaanNya di setelah dunia ini berakhir (I Tes. 4:17; II Tim. 4:18); benar di hadapan Allah (Rm. 8:33); bersandar pada Roh Kudus untuk mengalahkan dosa (Rm. 7:24-25; 8:2); mendapatkan kemerdekaan sepenuhnya (Yoh. 8:36; II Kor. 3:17); menikmati berkat terbesar yaitu kehidupan kekal (Mat. 25:34; Yoh. 3:16).

5.4.2 Roh Kudus diperlukan untuk mendapatkan keselamatan

​Kerajaan Allah disediakan bagi orang-orang benar (Mat. 14:43); dan gereja adalah “kumpulan orang benar” (Mzm. 1:5). Hanya apabila dosa-dosa kita diampuni, barulah kita dapat menjadi bagian dalam gereja Allah. Saat baptisan air, dosa-dosa kita diampuni melalui kesaksian dan pekerjaan Roh Allah (Yoh. 20:22-23; I Yoh. 5:6-8). Roh bekerja untuk mengampuni dosa-dosa dan membenarkan kita (Yoh. 20:22-23). Tetapi mendapatkan pengampunan dosa dan dibenarkan dalam Kristus hanyalah langkah-langkah awal dalam perjalanan menuju syurga.

​Banyak orang Kristian mempunyai pemahaman yang keliru, bahawa keselamatan adalah peristiwa “sekali untuk selamanya”, yaitu didapatkan secara instan, begitu mereka mengikuti Yesus Kristus sebagai Tuhan mereka. Namun Alkitan mengajarkan hal yang berbeda kepada kita (Kis. 5:1-11; 8:13; Mat. 7:21; Gal. 5:19-21), jadi kita jangan sampai disesatkan dengan pandangan umum ini, Mengakui Kristus tidak sama dengan keselamatan; dan keselamatan oleh iman tidak sama dengan keselamatan dengan pengakuan. Pengudusan kita yang menuju keselamatan dalam Kristus, adalah sebuah proses seumur hidup, bukan peristiwa satu kali.

​Hal ini digambarkan dengan baik dalam perjalanan bangsa Isreal selama 40 tahun di padang gurun, yang dimaksudkan untuk menguji dan membentuk iman mereka kepada Allah. Hanya mereka yang memperlihatkan iman yang berkemenangan yang dapat masuk ke tanah Kanaan (Bil. 32:11-12). Begitu juga setelah pembenaran kita melalui baptisan, kita harus menyelesaikan perjalanan iman kita menuju kemenangan. Kadang-kadang dalam perjalanan kita harus menghadapi berbagai macam ujian yang dirancang untuk memurnikan iman kita, sepeti emas yang dimurnikan dengan api. Namun jalan pengudusan oleh Roh ini adalah hal yang harus kita lalui sebagai orang Kristian (II Tes. 2:13; Kis. 14:22).

​ Yesus mengajarkan kita, untuk masuk ke dalam kerajaa Allah, kita harus dilahirkan kembali secara rohani. Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Walaupun pertobatan menandai langkah pertama yang menuju kelahiran kembali dalam Kristus, pertobatan tidaklah sama dengan dilahirkan kembali sepenuhnya. Yesus menjelaskan secara khusus bahawa kita harus dilahirkan kembali dari air dan Roh, yaitu menerima baptisan air dan baptisan Roh Kudus (Yoh. 3:5; Tit. 3:5).

​Dalam percakapan antara Yesus dengan Nikodemus dalam kitab Yohanes fasal. 3, kita dapat mengambil kesimpulan yang jelas dan kuat: baptisan Roh Kudus adalah sebuah syarat mendasar untuk dapat masuk ke dalam kerajaan Syurga. Mereka yang belum menerima Roh Kudus adalah sama seperti lima anak dara yang bodoh yang dicatat dalam Matius. 25, yang tidak memiliki minyak pada lampu mereka. Kerana itu, ketika Tuhan Yesus datang kembali untuk menjemput orang-orang kudus, kita tentunya tidak mahu kedapatana tidak siap. Baik dalam perumpamaan anak dara dan ayat-ayat lain dalam Alkitab, minyak adalah symbol dan lambang Roh Kudus. Bila kita belum menerima Roh Kudus pada saat Yesus datang kembali, Ia akan menjawab kita, “Aku tidak mengenal kamu” (Mat. 25:8; 11-12). Roh Kudus memastikan status kita sebagai anak Allah, dan kita memerlukan Dia untuk menerima warisan syurgawi kita (Yoh. 1:33; Rm. 8:15; Gal. 4:6).

​Alkitab mengatakan,”Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (I Yoh. 5:12). Jadi Yesus Kristus, Anak Allah, harus tinggal di dalam diri seseorang agar ia mempunyai kehidupan di dalam dirinya. Ini hanya dapat diwujudkan melalui Roh Kudus, kerana Alkitab mengatakan kepada kita, bahawa Roh Kudus adalah Roh Anak Allah (Gal. 4:6). Pendeknya, bila kita tidak mempunyai Roh Kudus, kita tidak mempunyai hidup Yesus dalam diri kita.

​Rasul Paulus mendorong kita untuk dipimpin oleh Roh (Gal. 5:25), kerana Roh Kudus membebaskan kita dari sifat dosa yang ada dalam diri kita (Rm. 8:2) dan memberikan kehidupan rohani kepada kita. Nabi Yehezkiel berbicara untuk Tuhan, “Aku akan memberikan RohKu ke dalammu, sehingga kamu hidup” (Yeh. 37:14). Kita harus ingat bahawa kerajaan Allah adalah kerajaan untuk mereka yang hidup, bukan untuk orang mati.

​Kita dapat melihat pentingnya baptisan Roh Kudus dari catatn-catatan pelayanan para rasul. Contohnya, kita mengetahui bahawa Petrus dan Yohanes melakukan perjalanan yang jauh, dari Yerusalem hingga Samaria, hanya untuk menumpangkan tangan kepada orang-orang percaya agar mereka menerima Roh Kudus (Kis. 8:14-17). Begitu juga, perhatian pertama Rasul Paulus begitu bertemu dengan murid-murid dari Efesus, adalah apakah mereka telah menerima Roh Kudus. Ketika mengetahui bahawa mereka belum menerima Roh Kudus, Paulus menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 19:1-2, 6). Dari sini dan catatan-catatan lain dalam Alkitab, kita mengetahui bahawa Roh Kudus adalah hal yang penting bagi keselamatan orang percaya.

5.5 Roh Kudus memulihkan status kita sebagai anak-anak Allah

​Allah menciptakan Adam dan Hawa sesuai dengan gambar dan rupaNya untuk menjadi anak-anakNya (Luk. 3:38). Namun ketika mereka memberontak melawan perintahNya, Allah mengusir mereka keluar dari Taman Eden. Pada titik ini, Adam dan Hawa kehilangan status mereka sebagai anak-anak Allah (Kej. 3:24). Barulah setelah itu, ketika Allah memilih Isreal dari antara segala bangsa di bumi sebagai umat kudusNya, Ia memanggil mereka sebagai anak-anakNya (Ul. 14:1-2). Sayangnya mereka tidak berhasil hidup seturut dengan status mereka saat mereka kemudian menolak Kristus (Yoh. 1:11; ref. 8:41).

​Untungnya Alkitab memperlihatkan jalan agar orang dapat kembali menjadi anak Allah. Dicatat di dalam Alkitab, setelah Yesus dibaptis di Sungai Yordan, Roh Kudus turun kepadaNya dan Bapa Syurgawi mengakui Dia sebagai AnakNya (Mat. 3:16-17). Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai burung merpati, dan memberikan kesaksian atas status Yesus sebagai Anak Allah (Yoh. 1:32-34). Kejadian ini memberitahukan kepada kita, bahawa untuk memulihkan status kita sebagai anak Allah, kita juga harus menerima Roh Kudus.

​Walaupun Yesus adalah Allah yang mengambil wujud manusia, Ia menerima baptisan air dan juga baptisan Roh Kudus untuk memenuhi seluruh kebenaran. Dengan cara ini, Ia memperlihatkan kepada kita bagaimana kita dapat memulihkan status kita sebagai Anak Allah (Gal. 4:4-5). Roh Kudus adalah “Roh Anak Allah” dan “Roh Keanakan”. Rasul Paulus berkata,”Dan kerana kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru:’ya Abba, ya Bapa!’” (Gal. 4:6). Ia menambahkan,”Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru,’ya Abba, ya Bapa!’ Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahawa kita adalah anak-anak Allah” (Rm. 8:15-16). Dari perkataan Paulus, kita melihat bahawa Roh Kudus memberikan kesaksian bahawa kita adalah anak-anak Allah.

5.6 Roh Kudus memberi jaminan warisan syurgawi

Warisan adalah harta yang disisihkan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Di masa lalu, warisan adalah hak (Luk. 15:12). Sebagai anak-anak Allah, kita juga kelak menerima warisan dari Allah, selama kita mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus menjadi saksi bersama roh kita bahawa kita adalah anak-anak Allah, dan mempunyai ha katas warisan kita (Rm. 8:16-17; Gal. 4:6-7).

​Warisan kita telah dipersiapkan bagi kita oleh Allah sejak penciptaan alam semesta (Mat. 25:34). Warisan ini kekal (I Ptr. 1:4) dan layak dikejar walau dengan mengorbankan segala-galanya di dunia (Mat. 16:26; Flp. 3:7-8). Hal ini sangat berbeda dengan warisan duniawi kita yang terbatas, yang terdiri dari hal-hal materi yang dapat kita lihat. Alkitab mengingatkan kita bahawa hal-hal materi yang dapat kita lihat ini adalah fana, sementara hal-hal yang tidak dapat kita lihat adalah kekal (II Kor. 4:18). Walaupun kita menghabiskan seluruh waktu kita di bumi untuk mengumpulkan harta kekayaan, kita akan meninggalkannya dan pergi dari dunia ini dengan tangan hampa (Pkh. 5:15-16). Inilah yang ingin disampaikan Raja Salomo saat ia berkata bahawa hidup adalah kesia-siaan dan tanpa erti. Lebih lagi, betapa pun mulia warisan duniawi kita, ketika Yesus datang kembali, semuanya akan dihancurkan dengan api (II Ptr. 3:10-11). Tetapi warisan yang telah disiapkan Tuhan kepada kita jauh melampaui segala kemuliaan harta duniawi.

​Paulus berkata,”Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahawa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahawa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa” (I Kor. 15:50). Yesus berkata,”Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah Roh.” (Yoh. 3:6). Kerajaan Allah bersifat rohani: darah dan daging tidak dapat masuk ke dalam kerajaan ini. Dalam daging, kita terbatas dan menderita belenggu, seperti semua ciptaan ada di dalam belenggu (Rm. 8:18ff). Namun begitu kita menerima Roh Kudus, kita dilahirkan kembali. Roh Kudus memberikan kita kehidupan, dan memungkinkan kita meerima apa yang rohani.

​Rasul Paulus memberitahukan kita, bahawa Roh Kudus adalah “jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan” (Ef. 1:14). Bahasa Yunani untuk “jaminan” adalah arrabon, yang juga dapat diterjemahkan sebagai “kepastian”. Umumnya kata ini digunakan untuk menunjukkn sebuah “janji”1. Jadi Roh Kudus adalah janji dari Allah, bahawa satu hari nanti kita akan menerima warisan syurgawi.​

5.7 Roh Kudus memberikan pengharapan yang hidup

​Sebagai orang Kristian, harapan kita adalah menerima warisan yang telah disediakan bagi kita di Syurga (I Ptr. 1:4). Namun di banyak waktu kita kehilangan pandangan akan harapan ini. Setelah Yesus ditangkap, murid-murid kehilangan harapan mereka dan melarikan diri dengan gentar. Bahkan Petrus, yang pernah dengan berani menyatakan dirinya siap mati demi Yesus, akhirnya menyangkal Yesus tiga kali (Luk. 22:33; 54-62). Mengapa mereka kehilangan keberanian adalah kerana mereka tidak lagi memegang janji Yesus di hati mereka.

​Setelah Yesus naik ke Syurga, murid-murid membutuhkan Roh Kudus untuk menyalakan kembali harapan mereka. Ketika Roh Kudus yang telah dijanjikan turun pada hari Pentakosta, mereka menerima kekuatan rohani yang sangat hebat untuk memperbarui harapan itu (Kis. 2:1-4). Dari sejarah gereja awal, kita tahu bahawa mereka tetap teguh sejak saat itu, bahkan saat menghadapi penganiayaan dan kematian (Kis. 4:19-20; 7:55-60; 12:1-2).

​Hari ini, percaya dengan injil dapat menjadi tantangan yang sulit bagi orang-orang. Mereka mungkin mempertanyakan bagaimana orang dapat memastikan pesan-pesan dalam Alkitab ini benar, atau apakah kerajaan Syurga sungguh-sungguh ada. Logila manusia dan rasionalisasi dapat mendorong mereka menolak injil. Namun Allah oleh hikmatNya, telah menghapus segala keraguan. Ia membuat gereja dapat melihat dan mengalami kuasa dan karuniaNya. Melalui tanda-tanda mujizat dan pengurapan Roh Kudus, kita mempunyai bukti bahawa janji-janji yang tertera di dalam Alkitab itu nyata.

​Kesaksian tentang Roh Kudus sangatlah penting. Yesus memberitahukan murid-muridNya, “namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” (Yoh. 14:3)

​Walaupun hampir 2000 tahun lewat sejak Roh Kudus pertama-tama turun di hari Pentakosta, kita yang telah menerima Roh Kudus di masa hujan akhir ini dapat memahami dan menghubungkannya dengan kejadian-kejadian yang dicatat dalam Kisah Para Rasul. Dan dengan Roh Kudus yang hidup di dalam diri kita, kita juga dapat mempunyai pengharapan yang hidup yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.

5.8 Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran

​Kebenaran memerdekaan dan menguduskan kita (Yoh. 8:32; 17:17). Kebenaran sangat berhubungan dengan perjalanan rohani kita. Jika kita ingin dipenuhi dengan harapan keselamatan, kita perlu mengerti kebenaran. Kerana itu, kebenaran adalah bagian pertama dalam perlengkapan senjata Allah yang disebutkan Paulus dalam Efesus 6. Kita harus mempersiapkan diri kita dengan kebenaran agar kita dapat menghadapi si jahat (Ef. 6:13-14)

​Apakah kebenaran? Kebenaran terdiri dari firman yang disampaikan oleh Allah (Mzm. 119:43; Yoh. 17:17). Kebenaran adalah ukuran yang Allah gunakan untuk menghakimi umat manusia (Rm. 2:2). Bagi orang Kristian, kebenaran adalah pelita bagi kaki mereka dan terang bagi jalan mereka (Mzm. 119:105). Dengan bersandar pada kebenaran, kita dapat memahami dengan lebih baik jalan manakah yang kita harus ambil dalam kehidupan, dan tidak tersesat (Mzm. 25::4-5; ref Ams. 14:12).

​Nabi Yesaya pernah mengomentari ketidakmampuan umat pilihan Allah dalam mengerti kebenaran, “Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: ‘Baiklah baca ini,’ maka ia akan menjawab:’Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai’” (Yes. 29:11). Kata-kata ini menunjukkan bahawa hanya Tuhan yang dapat memperlihatkan kebenaran melalui Roh Kudus, kerana Allah adalah Roh dan firmanNya adalah roh (Yoh. 4:24; 6:63). Tanpa Roh Kudus yang membukakan, kebenaran rohani yang dalam akan tersembunyi dari mata kita (Gal. 1:11; 6:63).

​Untuk lebih memahami pentingnya Roh Allah untuk menolong kita mengerti kebenaran, kita dapat meneliti sebagian penglihatan Yohanes dari kitab Wahyu. Dalam penglihatannya, Yohanes melihat kebenaran Allah, yaitu FirmanNya, seperti “sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan 7 meterai” (Why. 5:1). Ini memberitahukan kita bahawa misteri terdalam di Alkitab tidak ditemukan di permukaan, tetapi diperlihatkan dalam roh. Alkitab berkata bahawa Firman Allah adalah roh dan kehidupan (Yoh. 6:63; II Kor. 3:6). Jadi, melampaui erti hurufiah, selalu ada sebuah erti dalam roh yang penting bagi kehidupan rohani kita. Kita dapat mempelajari dan mengingat seluruh ayat Alkitab, tetapi bila firman itu tidak berakar dalam diri kita melalui kuasa Roh Kudus, itu semua tidak memberikan kita kehidupan.

​Dalam Wahyu 5 kita melihat bahawa gulungan kitab itu dimeteraikan dengan 7 meterai (Why. 5:1). Ini bererti pewahyuan Allah dimeteraikan sepenuhnya, tidak ada orang yang dapat memahaminya. Bila kita terus membaca, kita melihat bahawa Anak Domba (Yesus) mempunyai kuasa untuk membuka guluungan itu dan memperlihatkan isinya (5:5). Wahyu. 5:6 menyebutkan Yesus mempunyai 7 Roh Allah, yang melambangkan kepenuhan Roh Kudus (diwakili dengan angka tujuh). Jadi ayat ini menggambarkan dengan jelas bagaimana pengertian rohani yang dalam hanya dapat kita lihat bila kita melihat melampaui erti hurufiah firman Alah. Lebih penting lagi, ini mengajarkan bahawa kita harus penuh dengan Roh Allah untuk membuka gulungan kitab yang termeterai, yaitu untuk menerima kebenaran Allah sepenuhnya.
​Saat Ia melayani di bumi, Yesus mengajarkan murid-muridNya akan pentingnya Roh Kudus untuk memahami kebenaran. Yesus berkata,”Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26). Ia juga berkata,”Masih banyak hal yang harus Kukatajkan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:12-13).

​Banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang mengajarkan kita mengenai peran Roh Kudus dalam memahani kebenaran-kebenaran rohani. Beberapa ayat yang penting adalah:

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima daripadaNya. Kerana itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapanNya mengajar kamu tentang segala sesuatu- dan pengajaranNya itu benar, tidak dusta- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia”
​​​​​​​​​I Yohanes. 2:27

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahawa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”
​​​​​​​​​II Petrus. 1:20-21

“Usahalah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu ”
​​​​​​​​​II Timotius. 2:15

​Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahawa Roh Kudus sendirilah yang menuntun kita ke dalam kebenaran, kerana hanya Roh Allah yang mempunyai kebenaran sepenuhnya (I Kor. 2:10-11). Hari ini tak terhitung banyaknya gereja yang mencari kebenaran di dalam Alkitab, namun mereka nampaknya mendapatkan pemahaman yang berbeda mengenao kebenaran. Tidak ada dua gereja yang mempunyai pandangan yang sama, dan ini membuktikan bahawa hikamt pengertian manusia tidak cukup untuk memahami kebenaran.

​Sesungguhnya pesan Alkitab tidak pernah berubah, tetapi kita memerlukan Roh Kudus untuk membuka mata kita untuk melihatnya. Maka menemukan gereja benar yang disertai oleh Roh Allah sangatlah penting, kerana hanya Dia yang dapat menuntun kita sepenuhnya ke dalam pengetahuan kebenaran. Roh Kudus mempunyai kuasa untuk membawa kita melampaui hikmat duniawi dan pengertian yang sempit.

5.9 Roh Kudus memberi kuasa

​Sebelum Yesus naik ke Syurga, Ia berkata kepada murid-muridNya,”Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). Roh Kudus memberikan kuasa kepada kita, menguatkan kita di saat-saat kelemahan, dan memampukan kita bertahan dalam ujian kehidupan.

5.9.1 Kuasa untuk menjadi saksi Kristus

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”
​​​​​​​​Kisah Para Rasul. 1:8

​Dari Alkitab, kita melihat sebuah perbedaan dramatis pada murid-murid, sebelum dan sesudah hari Pentakosta. Sebelum menerima Roh Kudus, mereka: melarikan diri dari Tuhan Yesus ketika Ia ditangkap (Mrk. 14:50-52); takut menjadi saksi atau mengakui Tuhan Yesus di hadapan orang (Mat. 26:69-75); tidak berani bertemu di depan umam. (Yoh. 20:19). Setelah menerima Roh Kudus, mereka mampu mengabarkan Firman Allah dengan berani dan bersaksi mengenai kebangkitan Yesus (Kis. 2:24-36; 3:15, 26; 4:10-13, 31); Mempunyai keberanian menghadapi penganiayaan, dan bahkan bersukacita ketika mereka dipandang layak untuk menderita untuk Tuhan (Kis. 4:18-20; 5:17-32, 40-41).

​Gereja pada hari ini membutuhkan pekerja-pekerja dengan hati dan sikap seperti para rasul, yang bersedia menderita demi Allah dan mempunyai keberanian untuk menjadi saksiNya. Kepenuhan Roh Kudus memungkinkan hal ini. Alkitab mengingatkan kita “berbahagianlah kamu, jika kamu dinista kerana nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (I Ptr. 4:14; ref Mat. 5:10-12).

​Dari Lukas. 24:49 dan Kisah Para Rasul. 1:8, kita mengetahui bahawa kuasa Roh Kudus tidak dapat dikesampingkan untuk melakukan pengabaran injil dengan efektif. Rasul Paulus berkata,”Sebab kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa” (I Kor. 4:20). Hari ini kita mungkin mempunyai ketetapan untuk bersaksi bagi Tuhan, tetapi mendapati diri kita kekurangan kuasa rohani. Alasannya mungkin kerana kita tidak cukup bersandar kepada Tuhan, atau kerana kita lebih percaya dalam pengetahuan dan kemampuan kita. Hasilnya adalah ketidakmampuan dalam menuntun orang lain kepada Yesus Kristus dab pertobatan sejati. Rasul Paulus mengetahui dengan baik kebutuhan kuasa rohani ini dalam pelayanannya. Ia menyatakan, “Baik perkataanku mahupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang menyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah” (I Kor. 2:4-5).

5.9.2 Kuasa untuk menghadapi dosa

​Yesus mengajarkan kita perdekatan yang tepat untuk menghadapi seorang saudara atau saudari dalam Kristus yang melakukan dosa:

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia dibawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engaku telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engaku, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mahu mendengarkan mereka, sampaikanlah soalya kepada jemaat. Dan jiak ia tidak mahu juga mendengarkan jemaar, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai”
​​​​​​​​Matius. 18:15-17

​Namun nampaknya seringkali kita tidak menghadapi dosa dengan cara yang tepat: kita dengan cepat menghakimi orang lain dan melakukannya tanpa belas kasihan. Dan biasanya kita lebih cepat dalam membicarakan dosa orang lain ketimbang mengakui dosa-dosa kita sendiri. Namun kita tidak dapat membiarkan atau menutup-nutupi dosa, terutama dosa kita sendiri. Sebaliknya, kita harus menghadapinya dengan kuasa dan hikmat Roh Kudus.

​Nabi-nabi Allah, dan banyak orang-orang kudus di masa Perjanjian Lama mempunyai keberanian untuk menghadapi orang-orang untuk menegur dosa-dosa mereka melalui gerakan Roh Allah. Mikha berkata,”Tetapi aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Isreal dosanya” (Mi. 3:8). Begitu juga Elihu, dia digerakkan dalam roh untuk menunjukkan kesalahan Ayub dengan berkata,

“Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku, akupun akan mengemukakan pendapatku.
Kerana aku lumpat dengan kata-kata, semangat yang ada dalam diriku mendesak aku. Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa.
Seperti kirbat baru yang akan meletup. Aku harus berbicara, supaya merasa lega, aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan. Aku tidak akan memihak kepada siapapun dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun”
​​​​​​​​Ayub. 32:17-21

​Demikian juga para rasul, yang penuh dengan Roh Kudus mempunyai keberanian untuk menegur orang-orang Yahudi kerana telah menyeret Yesus kepada Pilatus untuk disalibkan (Kis. 3:13). Mendengar kesaksian para rasul yang sangat kuat, banyak orang-orang Yahudi yang dahulu menolak Yesus, bertobat dan menerima baptisan (Kis. 2:22-41; 3:13-19; 4:4). Demikian juga, Rasul Paulus mendapatkan kuasa untuk menegur Petrus ketika ia membeda-bedakan jemaat dan bangsa-bangsa lain (Gal. 2:11-14). Hari ini kita juga memerlukan Roh Allah untuk memberikan hikmar dan kuasa kepada kita untuk mampu menghadapi dosa.

5.9.3 Kuasa untuk melakukan mujizat

​Dalam pelayananNya, Yesus melakukan banyak mujizat mengherankan orang-orang dengan kuasaNya. Ia memulihkan penglihatan orang buta, menyembuhkan orang lumpuh, mentahirkan orang-orang kusta, memulihkan pendengaran orang tuli, dan membangkitkan orang mati (Mat. 11:5). Yesus juga meredakan badai (Mat. 8:24-27), mengusir setan (Mrk. 5:2-20) dan berjalan di atas air (Luk. 14:24-27). Lukas mencatat,”Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu” (Luk. 4:14). Rasul Paulus juga menulis, “Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasaiIblis, sebab Allah menyertai Dia” (Kis. 10:38). Dari sini kita mengetahui bahawa Yesus mempunyai kuasa untuk melakukan mujizat kerana Ia dipenuhi dengan Roh Kudus.

​Namun Yesus tidak mengatakan hanya Ia saja yang mempunyai kuasa Roh kudus untuk melakukan mujizat. Sebelum naik ke syurga, Ia berkata kepada murid-muridNya, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk. 16:17-18)

​Yesus menyuruh murid-muridNya tidak meninggalkan Yerusalem sebelum menerima kuasa dari Roh Kudus (Kis. 1:4-5; Luk. 24:49). Mereka menuruti petunjukNya, menunggu dan berdoa di kota Yerusalem. Ketika akhirnya mereka menerima Roh Kudus, mereka dapat melakukan banyak mujizat (Kis. 3:2-8; 5:1-12; 8:6-8; 9:32-42; 13:9-12; 16:16-18; 28:3-6). Kuasa ini juga ada pada Rasul Paulus, yang menyatakan,”Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan” (Rm. 15:18). Mujizat-mujizat ini menjadi saksi kebenaran injil yang diberikan rasul-rasul (Mrk. 16:20; Kis. 14:3; Ibr. 2:4).

​Hari ini gereja juga membutuhkan kuasa besar yang sama untuk memberi kesaksian kebenaran. Kerana itu kita harus memohon kuasa dari Roh Kudus.

5.9.4 Kuasa untuk mendapatkan pembaruan rohani

​Dosa hidup di dalam hati manusia (Rm. 7:17). Di dalamnya kita seringkali melihat sebuah pertempuran rohani antara baik dan jahat (Gal. 5:17). Bahkan setelah kita dipanggil dan percaya kepada Tuhan, dan dosa-dosa kita disucikan dengan darah Yesus, dosa dan kejahatan dapat diam di dalam menunggu waktu untuk menyerang. Kerana itu setelah dibaptis dengan air, kita harus terus menerus mengandalkan Roh Kudus untuk diperbarui secara rohani (Tit. 3:5) dan menjadi sebuah ciptaan baru di dalam Kristus (II Kor. 5:17).

​Melalui Nabi Yehezkiel Allah berpedan kepada kita :

“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya”
​​​​​​​​Yehezkiel. 36: 26-27

​Apakah kita dapat membuang diri kita yang lama dan hidup dalam kehidupan baru untuk Kristus, ditentukan dalam ruang kecil pada hati kita. Alkitab berkata, hati memancarkan kehidupan (Ams. 4:23). Dalam Perjanjian Baru, hukum Allah tidak lagi ditulis dengan tinta atau ada sebongkah batu; tetapi ditulis di dalam hati kita oleh Roh Kudus (II Kor. 3:3).

​Kita seringkali beranggapan bahawa Rasul Paulus adalah orang Kristian sempurna. Namun apabila kita membaca surat-suratnya, kita melihat bahawa ia, seperti kita, harus berjuang melawan sifat dosa yang ada di dalam dirinya. Ia menulis:

“Sebab aku tahu, bahawa di dalam Aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tiak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.”
​​​​​​​​Roma. 7:18-20

​Namun Paulus menemukan pemecahan masalah untuk menghadapi perjuangan batinnya:”Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:2). Pemecahan masalahnya adalah Roh Kudus, yang membuatnya mampu hidup dalam kehidupan yang baru dalam Kristus. Kerana itu kita juga harus mengejar kepenuhan Roh Kudus. Sifar baru yang diciptakan seturut dengan rupa Allah dalam kebenaran sejati dan kekudusan (Ef. 4:24), hanya dapat diwujudkan apabila kita dipenuhi oleh Roh Kudus. Maka Rasul Paulus berdoa,”Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu” (Ef. 3:16)

​Berikut ini adalah nubuat Nabi Yesaya mengenai saat keharmonisan dan keindahan Taman Eden dipulihkan:

“Serigala akan tinggal bersama domba
dan macam tutul akan berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama,
dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput
dan anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung
dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular berludak.
Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus,
sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan,
seperti air laut yang menutupi dasarnya. ”
​​​​​​​​​Yesaya. 11:6-9

​Serigala, macam tutul, singa, beruang dan ular tedung adalah binatang-binatang buas; mereka mewakili orang-orang yang mempunyai sifat kuat dan agresif. Berbeda dengan anak kambing, anak lembu, anak kecil, anak menyusu dan cerai susu adalah orang-orang yang lemah lembut. Nubuat ini memberitahukan kita, bahawa di dalam gereja Allah, mereka yang dahulu adalah orang yang keras, dapat hidup dalam damai dan harmoni dengan mereka yang lemah lembut. Kuasa rohani yang bekerja mengubah hati umat percaya dan membawa kedamaian dalam kehidupan mereka bersama-sama, berasal dari Roh Kudus.

5.10 Roh Kudus menengahi untuk kita

​Doa adalah garis hidup kita kepada Allah, sehingga kita dapat bersekutu denganNya. Doa adalah rahasia di balik kehidupan rohani yang berlimpah. Tanpa doa, hidup akan menjadi seperti sebuah sungai tanpa jambatan, dan tidak ada jalan menuju ke seberang. Seperti ranting-ranting yang terpisah dari pokok anggur akan layu dan mati, begitu juga kehidupan rohani kita akan kering dan mati, apabila kita meninggalkan persekutuan dengan Tuhan Yesus (Yoh. 15:5-6). Kehidupan kita didasari oleh Yesus, dan kerana itu janganlah kita memisahkan diri kita dari Dia.

​Rasul Paulus mendorong kita untuk berkata,”seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef. 5:19). Ia juga menasihati,”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Semakin banyak berkat yang kita terima dari Allah, semakin kita patut berterima kasih kepadaNya; semakin kita mengingat dosa-dosa kita di masa lalu, sepatutnya semakin keras kita berusaha untuk tidak menyakiti Roh Kudus. Doa bukanlah sesuatu yang rumit; yang tinggal kita lakukan adalah menghadap Allah dengan ketulusan dan kerendahan hati, dan mencurahkan segenap hati kita kepadaNya (Mzm. 62:8)

​Alkitab menjelaskan dua jenis doa-doa dalam pengertian dan doa dalam Roh yang diucapkan dalam bahasa roh. Rasul Paulus yang dapat berdoa dengan dua cara ini, menjelaskan dua jenis doa ini:”Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku” (I Kor. 14:14-15)

​Doa dalam pengertian mempunyai peran yang tepat dalam ibadah seorang Kristian. Namun doa ini mempunyai keterbatasan: kita tidak selalu mampu mencurahkan apa yang ada dalam hati kita melalui kata-kata, dan kadang-kadang kita tidak tahu bagaimana, atau apa yang kita doakan. Namun Allah, dengan hikmatNya memberikan kita cara berdoa yang lebih baik, yaitu dalam Roh.

​Paulus menjelaskan apa maksudnya berdoa dalam Roh:

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahawa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,berdoa untuk orang-orang kudus.”
​​​​​​​​​Roma. 8:26-27

​Di sini Paulus menggunakan kata “kelemahan” untuk menyebutkan pengabaian atau pengertian yang kurang dalam kehendak Allah pada orang-orang percaya, khususnya pada masa-masa sulit (lihat Roma. 8:17). Istilah Yunani untuk “membantu” pada teks asli Alkitab adalah sunantilambano, yang secara hurufiah bererti “tempat berpegang yang ada di sisi untuk mendapat pertolongan“ atau ”menolong secara umum”2. Kata kerja untuk “berdoa untuk” adalah huperentunchano, yang bererti “mengajukan permohonan” atau “menengahi atas nama yang lain”3. Jadi kita melihat bahawa Paulus sedang menjelaskan peran Roh Kudus dalam menengahi.

​Paulus menggunakan kata “demikian juga” pada awal ayat Roma. 8:26-27 untuk menunjukkan sebuah hubungan dengan Roma. 8:19-25. Ia juga membuat hubungan lain antara dua ayat ini melalui penggunakan kata kerja “mengeluh”. Contohnya, ia berkata,”Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm. 8:23). Serupa dengan ayat ini, ayat 19 hingga 22 membicarakan keluhan segala mahluk; ayat 23 hingga 25 membicarakan keluhan orang-orang percaya; sementara ayat 26 hingga 27 membicarakan keluhan Roh Kudus demi kita. Kata-kata Paulus memusatkan perhatian pada kenyataan bahawa manusia mempunyai sangat banyak sebab dalam penderitaan rohani. Akar masalahnya dapat ditarik kembali kepada dosa Adam dan Hawa, dan akibat kutukan Allah terhadap umat manusia (Kej. 3:17)

​Orang-orang Kristian sudah lama menuai segala akibat-akibat kutukan Allah ini, seperti berjerih lelah untuk mencari makan, dan kepedihan-kepedihan kehidupan. Selain kesusahan dalam hidup sehari-hari, orang-orang Kristian juga rentan terhadap penderitaan yang disebabkan kerana perjuangan dalam perjalanan rohai: penganiayaan kerana percaya pada Kristus (Rm. 8:17-18), pertempuran antara keinginan roh dan keinginan daging (Gal. 5:17; Rm. 7:15), daya tarikan duniawi yang penuh dosa (I Yoh. 2:16), ujian-ujian dari Allah (Ayb. 23:10), dan masih banyak lagi. Kerana semua penderitaan ini, kita menanti-nantikan harinya Yesus Kristus datang kembali untuk membebaskan kita dari belenggu, mengubah kita dan memperbarui diri kita menjadi mahluk rohani (Rm. 8:21; I Kor. 15:42-45; I Tes. 4:16-17). Kita berharap untuk memasuki kemuliaan kekal kerajaan Allah dalam roh, tidak ada lagi kepahitan dan kepedihan, dan Allah menghapuskan semua air mata kita (Why. 7:17; 21:4).

​Dalam perjalanan rohani masing-masing, kita semua telah mengalami masa-masa keputusasaan rohani. Mungkin kita merasa berat hati kerana kelemahan-kelemahan kita, atau tidak mampu membebaskan diri dari belenggu sifat kedagingan dan dosa kita. Di saat-saat lain, kita mungkin tidak tahu bagaimana berdoa, atau mendoakan hal-hal yang salah, seperti wang, ketenaran, dan kekuasaan. Namun bersyukur, kita dapat menyelami dorongan dari Rasul Paulus untuk bersandar pada Roh Kudus. Roh Kudus adalah Penasihat kita yang menengahi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, dan menolong kita mendoakan apa yang benar-benar kita butuhkan. Allah menerima penengahan Roh, kerana hal itu seturut dengan kehendakNya. Jadi apabila kita berdoa dalam Roh, kita harus berdoa dengan sangat dalam agar Allah dapat menyelidiki lubuk hati kita, kerana Ia tahu bahawa tubuh kita adalah hatiNya (I Kor. 2:10; 6:19)

​Untuk mereka yang belum menerima Roh Kudus, kita masih dapat berbicara dengan Allah melalui doa dalam pengertian. Namun kita juga harus tekun meminta janji Roh KudusNya, sehingga Ia dapat datang ke dalam hati kita untuk menengahi bagi kita, dan menolong kita berdoa seturut dengan kehendakNya.

5.11 Kesimpulan

​Kesimpulannya, Roh Kudus memainkan peranan penting dalam perjalanan iman dan keselamatan dari semua orang percaya:
• Roh Kudus membenarkan kita (I Kor. 6:11)
• Roh Kudus membantu kita dikuduskan dalam Kristus (Rm. 15:16; II Tes. 2:13; I Ptr. 1:2)
• Baptisan Roh Kudus merupakan syarat penting untuk masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5)
• Roh Kudus memberi kesaksian atas status kita sebagai anak-anak Allah (Rm. 8:15-16; Gal. 4:6)
• Roh Kudus menjamin warisan syurgawi kita (Ef. 1:14) dan bangkit untuk hidup kekal (Rm. 8:11; II Kor. 5:1-5)
• Roh Kudus adalah kekuatan di balik setiap pengharapan orang Kristian (I Ptr. 1:4; Yoh. 16:7; II Kor. 5:1-5; Rm. 15:13; Gal. 5:5)
• Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yoh. 14:26; 16:12-13; I Kor. 2:10-11; I Yoh. 2:27)
• Roh Kudus memberi kita kuasa (Luk. 24:49; Kis. 1:8; 4:31; Rm. 15:18; Ef. 3:16)
• Roh Kudus membantu kita dalam berdoa (Rm. 8:26-27; I Kor. 14:14-15; Ef. 6:18; Yud. 20)

Pertanyaan Tinjauan

1. Apa peranan Roh Kudus dalam pembenaran kita?
2. Apa peranan Roh Kudus dalam pengudusan kita?
3. Apa peranan Roh Kudus dalam keselamatan kita?
4. Bagaimana Roh Kudus berhubungan dengan status kita sebagai anak-anak Allah?
5. Bagaimana Roh Kudus berhubungan dengan warisan syurgawi kita?
6. Bagaimana Roh Kudus berhubungan dengan pengharapan Kristian kita?
7. Bagiamana Roh Kudus membantu kita memahami kebenaran?
8. Bagaimana Roh Kudus memberi kita kuasa?
9. Bagaimana Roh Kudus membantu menengahi kita ?

________________________________________________________________________________________________

1. Vine, W. E, Unger, Merrill F. anda White Jr. William, Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words (Nashville, Atlanta, London anda Vancouver: Thomas Nelson Publishers, 1985). G728.
2. Ibid. G4878.
3. Ibid. G5241.
​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Similar Posts